Langsung ke konten utama

Pengaruh Manhaj Al Azhar terhadap Daya Saing Azhary di Indonesia


Pengaruh Manhaj Al Azhar terhadap Daya  Saing Azhary di Indonesia
oleh Nur Halimah

        Universitas Al Azhar merupakan salah satu universitas islam tertua  di dunia. Diawali dengan sebuah bangunan masjid yang terletak di kota  Kairo, Mesir. Kemudian dilanjutkan dengan adanya kegiatan belajar  mengajar didalamnya. Sistem belajar yang digunakan adalah dengan  sistem talaqqi, yaitu para murid mengelilingi guru untuk menimba ilmu dari  para gurunya.

Seiring berjalannya waktu dan kedatangan beberapa dinasti ke  Mesir untuk menguasai Mesir dan juga Al Azhar yang ada didalamnya. Al  Azhar semakin disempurnakan menjadi sebuah lembaga pendidikan formal  pada umumnya. Shalahuddin Al Ayyubi sangat berperan dalam  mengenalkan sistem perguruan tinggi di Mesir, dimana pada akhirnya  kegiatan belajar di Masjid Al Azhar dipisahkan dengan kegiaan belajar di  perguruan tinggi atau universitas. Meskipun demikian, kegiatan belajar  mengajar masih berlangsung didalam lingkungan masjid, dengan  memisahkan ruangan kelas, asrama, dan perpustakaannya sendiri.

Perlu diketahui bahwa tujuan awal dibangunnya Al Azhar adalah  menyebar luaskan mazhab Syi’ah. Namun pada akhirnya tujuan itu  berubah, dan berubah menjadi pusat penyebaran mazhab Ahlu Sunnah wal  Jama’ah kemudian membuka mazhab mazhab islam lainnya.

Hingga saat ini Al Azhar masih menjalankan program belajar  mengajarnya yang berfokus pada 3 unsur utama; akidah, syariat, dan  akhlak. Adapun manhaj pendidikan Al Azhar sejak awalnya adalah manhaj yang memperhatikan penggunaan akal dan suara hati untuk memberikan  gambaran serta pemahaman islam yang hakiki. 

Kitab turats menjadi jembatan menuju tujuan tersebut. Setidaknya  ada 3 unsur utama dalam kitab turats; tekstual (naqliyah), rasional  (‘aqliyah), dan perasaan (dzauqiyyah). Naqliyyah adalah segala hal yang  berkaitan dengan teks Al Quran dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Seperti  tafsir Al Quran, ilmu hadis, fikih dan usul fikih, sirah nabi, serta ilmu akidah  atau tauhid.

Kemudian yang dimaksud dengan ilmu rasional memusatkan akal  manusia serta menjadikan akal sebagai sumber ilmu juga penggambaran  berbagai masalah dan kaidah-kaidah yang berlaku. Tentunya dengan  pemikiran yang moderat, yang mengambil buah pikirannya melalui dalil-dalil  atau teori yang sesuai. Contohnya adalah ilmu kalam, falsafah, ilmu logika  (mantiq), dan lain-lain.

Sedangkan yang terakhir, ilmu perasaan (dzauqiyyah) adalah yang  melibatkan hati yang bersih, seperti ilmu tasawuf islam, yang berfokus untuk  menjadikan manusia menghiasi dirinya dengan hal-hal baik dan menjauhi  hal-hal yang buruk. 

Dari pemaparan menhaj Al Azhar diatas, dapat kita simpulkan secara  umum bahwa Al Azhar masih mempertahankan metode dan sumber  pembelajarannya melalui manuskrip ulama terdahulu. Maka tidak heran,  jika dunia dakwah menjadi kata yang melekat bagi setiap alumni Al Azhar,  atau biasa disebut Azhary

Penulis telah melakukan kegiatan wawancara kepada salah satu  alumni Al Azhar yang melanjutkan jenjang pendidikannya di Indonesia. Dari  wawancara tersebut, narasumber mengatakan bahwa dakwah merupakan  sebuah kewajiban. Sejatinya setiap perilaku dan perbuatan seorang muslim  harus bernilai baik, maka kebaikan yang ia lakukan itu merupakan dakwah  itu sendiri. Selain itu juga mengajak dan mencontohkan hal yang baik juga  merupakan jalan dakwah.


Berbeda dengan mahasiswa alumni universitas di Indonesia ataupun  di selain timur tengah. Tentunya dengan metode dan standar kompetensi  lulusan yang mereka miliki masing masing sesuai jurusannya. Kesesuaian  keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki para lulusan perguruan tinggi  dengan kebutuhan dunia kerja sangat diharapkan, dalam mempersiapkan  sumber daya manusia yang berkualitas dengan produktivitas tinggi untuk  menjawab tantangan persaingan global.

Kembali kepada hasil sesi wawancara terhadap narasumber yang  telah disebutkan sebelumnya, narasumber memaparkan sedikit tentang  perbedaan tentang sistem pembelajaran di Universitas Al Azhar dan di  Indonesia. Beliau mengatakan bahwa mahasiswa Universitas Al Azhar  terbiasa memahami dan menghafal materi pembelajaran yang telah  disediakan, sedangkan di Indonesia lebih banyak mencari materi sendiri,  mempresentasikannya, bahkan mencari permasalahannya sendiri. Maka  dari itu, dibutuhkan keaktifan dan akal pikiran yang kritis. Jadi butuh  pembiasaan terhadap hal tersebut.

Kemudian muncul sebuah pertanyaan yang sering muncul diantara  alumni Al Azhar pada umumnya, “Apakah alumni Al Azhar hanya bisa  menjadi pendakwah atau penceramah? Apakah kita tidak memiliki peluang  karir di dunia yang lain?”. Pertanyaan ini juga penulis ajukan kepada  narasumber tersebut. Beliau mengatakan bahwa alumni Al Azhar memang  harus bergelut di dunia dakwah. Namun perlu diperhatikan bahwa esensi  dakwah adalah melakukan hal baik, sehingga bisa menjadi contoh serta  teladan bagi ummat, atau bisa disebut amar ma’ruf nahi munkar.

Dengan adanya konsep esensi dakwah ini, maka setiap apapun karir  yang akan dilakukan akan bernilai baik dan dakwah. Banyak peluang karir  yang dapat dilakukan sesuai kemampuan masing masing alumni. 

Banyak tokoh alumni Al Azhar di Indonesia yang bisa kita jadikan  contoh dalam hal ini. Sebut saja, Habiburrahman El Shirazy. Seorang  penulis yang merupakan alumni Al Azhar. beliau menyalurkan dakwahnya melalui tulisan. Kemudian kita bisa menyaksikan TGB. Zainul Majdi yang  sukses dalam karir politik dan bisa berdakwah melalui dunia politik.

Tokoh diatas merupakan beberapa yang masyhur di telinga kita.  Tidak menutup kemungkinan diluar sana banyak alumni Al Azhar yang lain  yang mampu mengoptimalkan potensi dan kesempatannya untuk  berdakwah melalui profesinya. 

Tulisan ini cukup mewakili dan menjawab pertanyaan yang sering  muncul tentang asumsi bahwa alumni Al Azhar hanya bisa jadi pendakwah  atau penceramah. Terutama bagi mahasiswa dan mahasiswi tingkat akhir  yang akan menyelesaikan masa belajarnya di Universitas Al Azhar.

DAFTAR PUSTAKA:

1. kompas.com

2. Imam Akbar Syekh Ahmad Tayyib-2019-Fil Manhaj al Azhary alhokama publishing




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Makna Sifat Wahdaniyah?

Sifat wahdaniyah merupakan salah satu sifat Salbiyah dari sifat-sifat wajib Allah. Sifat salbiyyah yaitu: هي الصفات التي تنفي عن الله ما لا يليق بذاته تعالى "Sifat-sifat yang menafikan dari Allah segala sifat yang tidak layak pada Dzat-Nya" Maka sifat wahdaniyah adalah sifat yang menafikan at-ta'ddud (berbilang-bilang), baik itu berbilang dalam dzat (at-ta'addud fî ad-dzât), berbilang dalam sifat (at-ta'addud fî ash-shifât) dan berbilang pada perbuatan (at-ta'addud fî al-af'âl). Adapun rinciannya sebagai berikut: 1.        Keesaan Dzat (Wahdah ad-Dzât) , ada dua macam: a.        Nafyu al-Kamm al-Muttashil (menafikan ketersusunan internal) Artinya, bahwa dzat Allah tidak tersusun dari partikel apapun, baik itu jauhar mutahayyiz, 'ardh ataupun jism. Dalil rasional: "Jikalau suatu dzat tersusun dari bagian-bagian, artinya dzat itu membutuhkan kepada dzat yang membentuknya. Sedangkan Allah mustahil membutuhkan pada suatu apapun. Ma

10 Prinsip Dasar Ilmu Mantiq

 كل فن عشرة # الحد والموضوع ثم الثمرة ونسبة وفضله والواضع # والاسم الاستمداد حكم الشارع مسائل والبعض بالبعض اكتفى # ومن درى الجميع حاز الشرفا      Dalam memahami suatu permasalahan, terkadang kita mengalami kekeliruan/salah paham, karena pada tabiatnya akal manusia sangat terbatas dalam berpikir bahkan lemah dalam memahami esensi suatu permasalahan. Karena pola pikir manusia selamanya tidak berada pada jalur kebenaran. Oleh karena itu, manusia membutuhkan seperangkat alat yang bisa menjaga pola pikirnya dari kekeliruan dan kesalahpahaman, serta membantunya dalam mengoperasikan daya pikirnya sebaik mungkin. Alat tersebut dinamakan dengan ilmu Mantiq. Pada kesempatan ini, kami akan mencoba mengulas Mabadi ‘Asyaroh - 10 prinsip dasar -  ilmu Mantiq. A.  Takrif: Definisi Ilmu Mantiq      Ditinjau dari aspek pembahasannya, ilmu Mantiq adalah ilmu yang membahas tentang maklumat – pengetahuan - yang bersifat tashowwuri (deskriptif) dan pengetahuan yang besifat tashdiqi (definit

10 Prinsip Dasar Ilmu Tauhid

A. Al-Hadd: Definisi Ilmu Tauhid Ilmu Tauhid adalah ilmu pengetahuan yang bisa meneguhkan dan menguatkan keyakinan dalam beragama seorang hamba. Juga bisa dikatakan, ilmu Tauhid adalah ilmu pengetahuan yang membahas jalan dan metode yang bisa mengantarkan kita kepada keyakinan tersebut, melalui hujjah (argumentasi) untuk mempertahankannya. Dan juga ilmu tentang cara menjawab keraguan-keraguan yang digencarkan oleh musuh-musuh Islam dengan tujuan menghancurkan agama Islam itu sendiri. B. Maudhu’: Objek Pembahasan Ilmu Tauhid Ada beberapa pembahasan yang dijelaskan dalam ilmu ini, mulai dari pembahasan `maujud` (entitas, sesuatu yang ada), `ma’dum` (sesuatu yang tidak ada), sampai pembahasan tentang sesuatu yang bisa menguatkan keyakinan seorang muslim, melalui metode nadzori (rasionalitas) dan metode ilmi (mengetahui esensi ilmu tauhid), serta metode bagaimana caranya kita supaya mampu memberikan argumentasi untuk mempertahankan keyakinan tersebut. Ketika membahas ent

10 Prinsip Dasar Ulumul Quran

A. Ta’rif/Definisi Ulumul Quran      Ulumul Quran merupakan kumpulan masalah dan pembahasan yang berkaitan dengan Alquran.  B. Maudhu’/Objek pembahasan Ulumul Quran        Ulumul Quran adalah satu disiplin ilmu yang fokus membahas masalah-masalah Alquran. Mulai dari pembahasan Nuzulul Quran, penugmpulan ayat-ayat Alquran, urutan ayat, bayanul wujuh (penjelasan tentang peristiwa yang mengiringi turunnya suatu ayat Alquran), Asbabun Nuzul, penjelasan sesuatu yan asing dalam Alquran, dan Daf’us syubuhat (menjawab keraguan yang mempengaruhi  keeksistensian Alquran), Dsb. C.  Tsamroh/Manfaat mempelajari Ulumul Quran Dalam kitab Ta’limul Muta’allim syekh Az-zarnuji mengungkapkan; bahwa setiap usaha pasti membuahkan hasil tersendiri. Adapun hasil dari mempelajari Ulumul Quran adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui peristiwa yang mempengaruhi Al quran dari masa baginda nabi Muhammad SAW. hingga sekarang.  2. Megetahui keraguan-keraguan yang datang dari beberapa arah, ser

10 Prisnsip Dasar Ilmu Nahwu

A.      Takrif: Definisi ilmu Nahwu Dalam pembahasan ini, definisi ilmu Nahwu bisa diketahui dari dua hal: 1.       Secara Etimologi (Bahasa). Lafaz An-nahwu setidaknya memiliki 14 padanan kata. Tapi hanya ada 6 makna yang masyhur di kalangan para pelajar; yakni Al-qoshdu (niat), Al-mitslu (contoh), Al-jihatu (arah tujuan perjalanan), Al-miqdaru (nilai suatu timbangan), Al-qismu (pembagian suatu jumlah bilangan), Al-ba’dhu (sebagaian dari jumlah keseluruhan). النحو Terjemahan Padanan kata Niat النية Contoh المثل Arah الجهة Nilai, Kadar المقدار Bagian القسم Sebagian البعض 2.       Secara Terminologi (istilah). Dalam hal ini Ilmu Nahwu memiliki 3 pengertian:  a) Ilmu Nahwu adalah ilmu yang digunakan untuk mengetahui kondisi yang terletak di akhir suatu kalimat, baik kalimat itu berstatus mu’rob maupun mabni, dan ini adalah