Langsung ke konten utama

Gebrakan Menuju Masisir yang Lebih Baik


GEBRAKAN MENUJU MASISIR YANG LEBIH BAIK
oleh Nabila Saadatul Husna

            “Jika engkau tidak bisa menaklukkan Kairo, maka engkau yang akan  ditaklukkannya”, begitu ungkapan pepatah Arab yang sering kita dengar  sebagai mahasiswa Indonesia di Kairo. Maknanya dalam dan cukup  menampar, terutama untuk menyadarkan kembali niat dan tujuan awal  pertama kali menapaki Negeri Piramida ini. 

Menjadi seorang mahasiswa merupakan suatu kehormatan  sekaligus tanggung jawab yang tidak mudah, di mana kita mempunyai  peran dan kewajiban serta amanah lebih besar yang harus diemban demi  kemaslahatan umat dan masyarakat di masa depan. Masa transisi dari  siswa menjadi mahasiswa yang hanya terjadi sekali seumur hidup tanpa  bisa terulang untuk yang kedua kalinya, seharusnya cukup untuk membuat  kita sadar untuk menginvestasikan waktu mereka untuk sesuatu yang  bernilai tinggi dan berarti.

Menyandang status sebagai mahasiswa artinya berani menjadikan  peningkatan kapabilitas diri sebagai prioritas, juga ikut berperan menjadi  agen kebaikan dalam ranah yang lebih luas. Terutama mahasiswa di luar  negeri karena mereka dianggap lebih kompeten dan siap menyongsong  perubahan di bumi pertiwi kelak. Aspek tersebut dilihat dari segi mental,  tekad, dan kemauan kuat yang tertanam dalam diri mereka sehingga  mereka rela meninggalkan keluarga dan kampung halaman demi menuntut  ilmu yang lebih tinggi dan ke sumber yang lebih dalam lagi.

Terlebih di era milenial seperti sekarang yang membuka banyak  jalan menuju hal tersebut sehingga lebih mudah dijangkau dan diakses. Kita  bisa menuntut banyak ilmu, mencoba banyak hal baru, berkarya, dan  meningkatkan banyak skill dengan biaya yang lebih murah, juga dengan  cara dan waktu yang lebih efisien dan efektif. 

Namun mengapa fakta yang terjadi di lingkungan mahasiswa  Indonesia di Mesir (selanjutnya Masisir) malah menunjukkan sebaliknya?  Mengapa grafik produktivitas mereka belum bisa maksimal? Kenapa hal ini  bisa terjadi? Dan bagaimana kita mencari jalan keluar untuk meningkatkan  produktivitas mereka dan membantu mereka mempersiapkan diri menjadi  duta Azhar kebanggaan Indonesia?

Produktivitas dan Iman

Sebelum kita membahas lebih jauh mengenai studi produktivitas di  Masisir, kita perlu tahu dulu apa itu produktif dan produktivitas.


Produktif adalah kegiatan yang orientasinya pada hasil atau  manfaat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa  pengertian produktif adalah kata sifat yang menunjukkan kemampuan untuk  menghasilkan atau mendatangkan suatu hal baru atau manfaat baru. 

Jika konteksnya adalah kita sebagai Mahasiswa, maka kata produktif  ini mengarah pada aktivitas-aktivitas yang dapat menunjang pembelajaran  kita di kuliah. Seperti membaca, menghafal, menulis, diskusi, dan  sebagainya. Mahasiswa yang produktif adalah mereka yang mampu  bekerja dengan cerdas, fokus pada tujuan, dan meluangkan waktu hanya  untuk hal-hal yang berkualitas demi mencapai hasil yang optimal.

Sedangkan produktivitas adalah satuan ukurnya. Ia yang menilai  apakah suatu produksi sudah mencakup tiga unsur penting di dalamnya  atau belum, yaitu efisiensi, efektivitas, dan kualitasnya.

Namun tak banyak yang tahu, bahwa produktivitas ini sangat erat  kaitannya dengan iman. Syekh Nabil pernah berpesan pada kami saat  menyetorkan hafalan Al-Qur’an bahwa semangat yang tinggi merupakan  bagian dari iman. Jadi jika kita sedang kehilangan semangat, coba cek  kembali keadaan iman kita. Karena sebagai muslim yang baik, seharusnya  keberadaan iman mampu membawa kita menjadi muslim yang produktif  dan berprestasi.

Produktif VS Sibuk

Saat kita mencoba produktif, artinya kita sedang berusaha untuk  mencapai tujuan. Namun, seringkali seseorang yang produktif dianggap  sebagai orang yang sibuk. Padahal produktif dan sibuk merupakan dua hal  yang berbeda. 

Meski memang tampak serupa, mereka sebenarnya tak sama. John  Spencer, editor Pop Culture and Society seperti dilansir  digitalmarketinginstitute.com menjelaskan, ada empat hal yang bisa  menggambarkan secara sederhana perbedaan sibuk dan produktif, yaitu:

1. Sibuk itu panik, sedangkan produktif itu fokus.

2. Sibuk didorong oleh perfeksionisme, sementara produktif didorong oleh  tujuan.

3. Sibuk berarti bekerja keras, sementara produktif bekerja cerdas. 4. Sibuk adalah tentang menjadi baik dalam segala hal, akan tetapi  produktif adalah tentang menjadi hebat dalam beberapa hal penting.

Memahami Lebih Dalam Problematik Masisir

Sejak tahun 2018 lalu, terjadi pembludakan jumlah Masisir yang  cukup hebat. Dari yang biasanya hanya ratusan orang per tahun, menjadi  lebih dari dua ribu orang per tahunnya. Bahkan menurut data yang diambil dari Sistem Informasi Manajemen Bank Data (SIMBADA) PPMI Mesir dan  diolah berdasarkan sumber data Biro Data dan Statistika PPMI Mesir dan  data terbaru kekeluargaan, jumlah Masisir per tanggal 10 Desember 2022  mencapai 11.227 orang. Itu merupakan angka yang sangat fantastis dan  akan semakin bertambah setiap tahunnya. 

Jumlah ini cukup membuat banyak pihak kewalahan. Alasan  utamanya karena jumlah populasi senior tidak berbanding lurus dengan  populasi junior dan tidak semua senior merasa mampu untuk membimbing  para junior. Maka itu menyebabkan ketika para mahasiswa baru  berdatangan, mereka pun terlepas.

Tidak pernah ada yang menyangkal betapa semangatnya para  Mahasiswa baru (selanjutnya Maba) yang datang ke Mesir untuk belajar.  Semangatnya sangat membara, dan hal itu menjadi sangat bagus apabila  ia menemukan wadah bertumbuh yang tepat. Namun ketika semangat yang  berkobar itu kehilangan arahnya dan ia kebingungan harus melangkah ke  arah mana, di situlah awal mula keambyaran itu terjadi. 

Harapan yang dirajut dengan indah di tanah air seketika tercerai berai berantakan. Mereka tidak tahu harus ke mana, melakukan apa,  membaca buku apa, berguru ke masyayikh yang mana, atau datang ke  tempat belajar yang dimana. Semuanya abu-abu. Lalu akhirnya mereka  memilih melupakan tujuan awal dan melakukan hal semau yang mereka  ingin lakukan, seperti scroll social media tak kenal waktu, bermain game,  atau maraton nonton drama korea. 

Keambyaran itu biasanya terjadi di tahun pertama. Setelah itu, jika ia  merasa hampa dan tertampar, ia akan bangkit dan melawan. Ia akan  berusaha dan berjuang untuk bangkit dan keluar dari zona nyaman. Namun  jika sebaliknya yang terjadi, itulah yang berbahaya. Apabila setelah ia merasa  tidak produktif ia memilih untuk pasrah dengan keadaan dan malah  melanjutkannya dan menikmatinya.

Miris, khawatir, dan risau pastinya dirasakan ketika melihat keadaan  mereka. Padahal dahulu Ibu Pertiwi melepas mereka dengan sejuta harapan  dan prasangka baik bahwa mereka akan memaksimalkan masa studinya  dengan ilmu dan hal-hal yang positif.

TIGA ALASAN RENDAHNYA PRODUKTIVITAS MASISIR

Ada tiga alasan paling mendasar yang penulis simpulkan melalui riset  dan survei dari sebagian Maba dan penulis rangkum sebagai berikut:

Pertama, dari faktor internal individu tersebut. Seperti belum  menemukan tujuan hidup, belum mengenal diri sendiri, dan faktor traumatis  yang mempengaruhi psikologi mereka tentang dunia luar.

Kedua, dari faktor eksternal dan lingkungan. Seperti terbatasnya  jangkauan bimbingan dan arahan yang ia butuhkan dari senior, juga minimnya  informasi yang sampai kepadanya, serta lingkungan tempat tinggal yang  kurang kondusif untuk menuntut ilmu. 

Ketiga, dari faktor kesadaran diri bahwa menjadi mahasiswa Al-Azhar  adalah kesempatan yang sangat berharga, sehingga setiap detik yang kita  miliki di sini benar-benar sangat mahal dan bernilai.

Banyak Masisir yang mengira, bahwa menjadi anak beasiswa Al-Azhar  hanyalah mereka yang biaya hidupnya ditanggung oleh Al-Azhar.  Dikarenakan mereka mengira bahwa kuliah di Al-Azhar gratis dan hanya perlu  membeli diktat kuliah sendiri dan membayar daftar ulang kuliah yang hanya  sekian ratus pound Mesir saja setiap tahunnya. 

Mereka tidak sadar, bahwa sebetulnya biaya kuliah di Al-Azhar itu  sangat mahal. Dilansir dari kiiky.com yang menyebutkan tentang 10  Universitas paling murah di Mesir, Al-Azhar menjadi salah satu universitas  swasta yang disebutkan dengan biaya sekitar $1000 untuk siswa lokal dan  $2500 untuk siswa asing per tahun. Yaitu senilai dengan 15 juta hingga 37,5  juta rupiah per tahun, atau senilai 30.000 pound hingga 75.000 pound per  tahun-nya. Wow, angka yang cukup fantastis.

Namun Al-Azhar memberikan beasiswa dan subsidi biaya kuliah  khusus untuk pelajar agamanya terutama bagi pelajar asing, dengan tujuan agar duta Azhar semakin banyak dan misinya dapat tersebarkan ke seluruh  pelosok dunia tanpa terkecuali. Al-Azhar berharap di tengah pemikiran dunia  yang semakin memanas ini, mereka mampu menjadi pelita di tengah  kegelapan, juga menjadi penengah di tengah masyarakat. 

Adapun jika kuliah di Al-Azhar di jurusan umum dan bukan melalui jalur  beasiswa penuh, maka siap-siap saja untuk membayar biaya kuliah dengan  biaya yang aslinya. Seharusnya jika memahami ini dengan baik, kita mampu lebih menghadirkan rasa bertanggung-jawab dengan beasiswa yang diberikan  dan memaksimalkan waktu di Mesir ini dengan baik. 

JALAN PINTAS MENUJU MASISIR YANG PRODUKTIF

Lalu sumbangsih apa yang bisa kita berikan untuk meningkatkan  produktivitas Masisir yang sudah semakin kritis ini? Setelah melakukan  pengamatan cukup panjang terhadap keadaan Masisir selama beberapa  tahun terakhir, penulis merangkumnya menjadi satu jawaban besar, yaitu

seluruh Masisir harus bergandengan tangan bersama-sama untuk  membuat strategi dan yang tepat dan kesiapan untuk mengeksekusinya. Ini  akan menjadi gebrakan besar baru 2023 Masisir lebih produktif!


Bagaimana strateginya? Setiap orang harus mengambil peran  masing-masing sesuai dengan keahliannya. Ada tiga langkah besar yang  penulis anggap bisa menjadi awal yang baik untuk diperjuangkan bersama. 

Pertama, PPMI merekrut 150-200 Masisir yang punya jiwa  merangkul dan berkompeten untuk bertanggung-jawab terhadap  perkembangan akademik Maba pada tahun pertamanya di Mesir. Setiap  orang yang terpilih ini bertugas merangkul dan mengayomi 10-15 orang  saja namun benar-benar dipegang erat. Setiap pekan ada bimbingan  intensif dan pengarahan untuk bisa mengenali diri dan potensinya. Juga  untuk evaluasi progres yang mereka sudah capai dan pengisian buku  “Masisir Planner” yang akan penulis jabarkan lebih rinci di poin berikutnya.  Bimbingan ini akan berjalan selama setahun. Dan ini juga menjadi bentuk  follow up dari ORMABA yang diadakan setiap tahunnya agar lebih optimal. 

Adapun 150-200 Masisir yang direkrut sebagai musyrif/ah itu  nantinya juga akan mendapat kesempatan kelas upgrading khusus sebulan  sekali bersama seorang pakar untuk peningkatan kualitas diri mereka dan  bekal materi dan informasi untuk disampaikan ke para Maba. Tak hanya  terbatas dalam akademik, namun juga dalam aspek lain seperti kesehatan  mental, manajemen waktu, dan lain-lain.

Langkah pertama ini terinspirasi dari role model paling sempurna di  muka bumi, Baginda Nabi Muhammad SAW yang sangat mendukung  kemajuan pendidikan Umat Islam. Dibuktikan dengan syarat penebusan  tawanan perang yang dipraktikan langsung oleh Baginda adalah dengan  cara mereka harus mengajarkan baca-tulis kepada anak-anak untuk  menebus dirinya. Maka diharapkan perekrutan 150-200 Masisir pilihan demi kebaikan masa depan Maba berikutnya menjadi langkah awal yang baik  untuk memutus rantai yang berulang setiap tahunnya bahwa Maba tidak  diarahkan oleh seniornya.

Kedua, PPMI membentuk dua tim yang berisikan orang-orang yang  ahli dalam bidang literasi, desain grafis, dan bisnis untuk mengambil peran  dalam proyek berikutnya.

Tim pertama membuat buku panduan paling lengkap untuk Masisir dan buku Masisir Planner. Ini bukan sekedar buku pengenalan Mesir yang  biasa dibagikan saat ORMABA, melainkan buku yang mencakup QnA  seluruh informasi yang dibutuhkan oleh Masisir. Mencakup tentang Al Azhar secara jami’ dan jami’ah, dunia perkuliahan dan tips sukses  menghadapi ujiannya, serba-serbi ijroat, pendaftaran beasiswa, talaqqi, kepengurusan visa, menghafal Al-Quran, sejarah dan wisata di Mesir,  tempat-tempat yang direkomendasikan untuk mengasah skill dan olahraga,  dan masih banyak lagi. 

Buku ini dirasa penting untuk dijadikan proyek karena selama ini  informasi yang beredar selalu keluar saat momentumnya saja dan tidak  pernah didokumentasikan menjadi satu buku yang utuh. Padahal hal tersebut selalu berulang setiap tahunnya. Maka diharapkan buku ini  menjadi salah satu solusi untuk penyebaran merata dari terbatasnya  informasi yang bisa di0dapatkan Masisir. Buku yang dikeluarkan resmi dari  lembaga PPMI dan menjadi pegangan rekomendasi paling pertama untuk  mendapatkan informasi paling valid dan lengkap.

Tim kedua membuat buku “Masisir Planner” yang menjadi media  Masisir untuk membantu mereka menemukan tujuan hidup dan menyusun  target dan jadwal kegiatan harian, pekanan, bulanan, dan tahunan mereka.  Tujuannya tentu untuk menjadikan hidup mereka lebih produktif. Buku ini  yang akan menjadi bahan evaluasi bersama musyrif/ah dalam upgrading bersama para Maba setiap pekan. Sedangkan untuk selain Maba, mereka  bisa mengevaluasi diri mereka sendiri ataupun mencari senior lain untuk  memantau progres mereka. 

Orang yang mahir menulis bertugas mengumpulkan informasi dan  merangkai data dan kata agar disajikan dengan bahasa yang menarik dan  mudah dipahami. Orang yang mahir dalam desain grafis mengambil peran  untuk bertanggung-jawab dalam menyajikan buku-buku tersebut dengan  wajah terbaiknya yang menarik dan kreatif. Dan orang yang mahir bisnis  memastikan bahwa buku ini terdistribusikan dan dipasarkan secara merata  ke seluruh bagian dari lapisan Masisir. 

Dan sedikit tahaddust bin ni’mah, seluruh solusi yang penulis  sampaikan poinnya di atas Alhamdulillah sudah penulis konsep dan  eksekusi sejak tahun lalu. Namun karena ini merupakan proyek besar yang  tidak mampu dieksekusi hanya oleh segelintir orang saja, maka penulis  sampaikan di sini kendalanya bahwa niat mulia ini berprogres sangat  lambat karena keterbatasan SDM yang penulis bisa ajak berkontribusi di  dalamnya dan dengan harapan jika dieksekusi langsung oleh pemangku  kepentingan di Masisir maka niat baik ini juga akan lebih mudah  menemukan jalan keluar dan kelak dapat dituai manfaatnya.

Ketiga, semua elemen yang ada di Masisir tanpa terkecuali harus  mengajak setiap individu yang ada di Mesir untuk belajar menghargai  waktu. Bagikan edukasi-edukasi tentang manajemen skala prioritas. Para  pemangku kepentingan di Masisir juga perlu memberikan contoh yang  nyata. Berani bersuara dan ambil sikap. Kurangi kegiatan-kegiatan yang  kurang bermanfaat. Juga memberi dukungan penuh kepada kegiatan

kegiatan yang positif. 

Dengan pembelajaran di kampus yang hanya 6 jam per hari (jam 9  pagi sampai 3 sore), juga jadwal kuliah yang tidak setiap hari dan tanpa  absen, apabila dikurangi waktu tidur 7-8 jam, maka Masisir memiliki waktu  luang 10 jam bahkan lebih setiap harinya. Waktu luang inilah yang perlu  dimaksimalkan. Karena meskipun tidak semua Masisir kelak akan menjadi  kiai atau ulama, tetapi saat ini mereka sedang meniti jalannya para ulama.  Diktat perkuliahan pun kebanyakan diambil dari level pembelajaran yang  tinggi. Maka waktu luang ini seharusnya bisa dimaksimalkan untuk talaqqi mengejar pembelajaran level dasar untuk menunjang pembelajaran kuliah,  menghafal Al-Quran, berorganisasi, berkarya, berolahraga, dan  mengembangkan skill lainnya, agar hidup lebih produktif dan berharga.

Kesimpulan

Menjadi mahasiswa adalah masa di mana kita dilatih dan ditempa  dari segala sisinya. Baik dari akademik, intelektual, dan emosional agar  kelak kita siap dan mampu terjun di masyarakat. Banyak hal yang perlu  disiapkan. Tak hanya ilmu, namun juga pengalaman, cara berinteraksi  dengan sosial, manajemen waktu, menentukan skala prioritas, dan lain-lain.  Maka apapun kegiatan yang kita ikuti dan perjuangkan saat ini, perhatikan  juga porsinya. Jangan sampai sesuatu yang sifatnya bukan prioritas  mendapatkan porsi yang paling besar. 

Produktivitas yang tinggi biasanya berbanding lurus dengan  semangat yang tinggi. Dan kesemangatan yang tinggi, biasanya  berbanding lurus juga dengan tujuan yang jelas dan niat yang murni.

Syekh Muhammad al-Aroby selalu berkata, bahwa semangat yang  tinggi untuk melakukan sesuatu yang menghasilkan (produktivitas) akan  datang sesuai dengan seberapa penting kita menganggap hal tersebut  sehingga menjadi sebuah prioritas; “Ta’ti al-himmah ‘ala qodri al-hamm li injaaz al-muhimmah”.

Mari kita lebih cermat lagi dalam menentukan prioritas. Kita coba  pandang jauh ke depan, mau jadi orang yang seperti apakah kita nantinya?  Ada begitu banyak dilema yang disajikan oleh kehidupan, maka kita perlu  menentukan pilihan dengan cerdas. Apabila kita berangkat ke Mesir untuk  ilmu, akankah kita kembali pulang ke tanah air dengan tangan kosong?



Daftar Pusaka 

1. Video Sherly Annavita dengan judul “5 skill wajib untuk Mahasiswa” 2. Video Satu Persen dengan judul “Cara Mudah Produktivitas Tanpa Sibuk” 3. https://www.liputan6.com/hot/read/4981423/pengertian-produktif-adalah orientasinya-pada-hasil-atau-manfaat-ini-penjelasan-para-ahli

4. https://www.gramedia.com/best-seller/produktif

5. https://www.qubisa.com/article/perbedaan-sibuk-dan-produktif-cara-menjadi produktif

6. https://informatikamesir.net/tentang-kuantitas-masisir-kuantitas-sama dengan-masalah/

7. https://kiiky.com/id/10-cheapest-universities-in-egypt/

8. https://www.kompasiana.com/tareq/5df33e24d541df5a65117c52/3- tantangan-mahasiswa-indonesia-di-mesir?page=2&page_images=1 9. https://www.kmamesir.org/2019/03/organisasi-masisir-penting-enggak sih.html

10. https://www.ikpmkairo.org/kemajemukan-mahasiswa-indonesia-di-mesir masisir/


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Makna Sifat Wahdaniyah?

Sifat wahdaniyah merupakan salah satu sifat Salbiyah dari sifat-sifat wajib Allah. Sifat salbiyyah yaitu: هي الصفات التي تنفي عن الله ما لا يليق بذاته تعالى "Sifat-sifat yang menafikan dari Allah segala sifat yang tidak layak pada Dzat-Nya" Maka sifat wahdaniyah adalah sifat yang menafikan at-ta'ddud (berbilang-bilang), baik itu berbilang dalam dzat (at-ta'addud fî ad-dzât), berbilang dalam sifat (at-ta'addud fî ash-shifât) dan berbilang pada perbuatan (at-ta'addud fî al-af'âl). Adapun rinciannya sebagai berikut: 1.        Keesaan Dzat (Wahdah ad-Dzât) , ada dua macam: a.        Nafyu al-Kamm al-Muttashil (menafikan ketersusunan internal) Artinya, bahwa dzat Allah tidak tersusun dari partikel apapun, baik itu jauhar mutahayyiz, 'ardh ataupun jism. Dalil rasional: "Jikalau suatu dzat tersusun dari bagian-bagian, artinya dzat itu membutuhkan kepada dzat yang membentuknya. Sedangkan Allah mustahil membutuhkan pada suatu apapun. Ma

10 Prinsip Dasar Ilmu Mantiq

 كل فن عشرة # الحد والموضوع ثم الثمرة ونسبة وفضله والواضع # والاسم الاستمداد حكم الشارع مسائل والبعض بالبعض اكتفى # ومن درى الجميع حاز الشرفا      Dalam memahami suatu permasalahan, terkadang kita mengalami kekeliruan/salah paham, karena pada tabiatnya akal manusia sangat terbatas dalam berpikir bahkan lemah dalam memahami esensi suatu permasalahan. Karena pola pikir manusia selamanya tidak berada pada jalur kebenaran. Oleh karena itu, manusia membutuhkan seperangkat alat yang bisa menjaga pola pikirnya dari kekeliruan dan kesalahpahaman, serta membantunya dalam mengoperasikan daya pikirnya sebaik mungkin. Alat tersebut dinamakan dengan ilmu Mantiq. Pada kesempatan ini, kami akan mencoba mengulas Mabadi ‘Asyaroh - 10 prinsip dasar -  ilmu Mantiq. A.  Takrif: Definisi Ilmu Mantiq      Ditinjau dari aspek pembahasannya, ilmu Mantiq adalah ilmu yang membahas tentang maklumat – pengetahuan - yang bersifat tashowwuri (deskriptif) dan pengetahuan yang besifat tashdiqi (definit

10 Prinsip Dasar Ilmu Tauhid

A. Al-Hadd: Definisi Ilmu Tauhid Ilmu Tauhid adalah ilmu pengetahuan yang bisa meneguhkan dan menguatkan keyakinan dalam beragama seorang hamba. Juga bisa dikatakan, ilmu Tauhid adalah ilmu pengetahuan yang membahas jalan dan metode yang bisa mengantarkan kita kepada keyakinan tersebut, melalui hujjah (argumentasi) untuk mempertahankannya. Dan juga ilmu tentang cara menjawab keraguan-keraguan yang digencarkan oleh musuh-musuh Islam dengan tujuan menghancurkan agama Islam itu sendiri. B. Maudhu’: Objek Pembahasan Ilmu Tauhid Ada beberapa pembahasan yang dijelaskan dalam ilmu ini, mulai dari pembahasan `maujud` (entitas, sesuatu yang ada), `ma’dum` (sesuatu yang tidak ada), sampai pembahasan tentang sesuatu yang bisa menguatkan keyakinan seorang muslim, melalui metode nadzori (rasionalitas) dan metode ilmi (mengetahui esensi ilmu tauhid), serta metode bagaimana caranya kita supaya mampu memberikan argumentasi untuk mempertahankan keyakinan tersebut. Ketika membahas ent

10 Prinsip Dasar Ulumul Quran

A. Ta’rif/Definisi Ulumul Quran      Ulumul Quran merupakan kumpulan masalah dan pembahasan yang berkaitan dengan Alquran.  B. Maudhu’/Objek pembahasan Ulumul Quran        Ulumul Quran adalah satu disiplin ilmu yang fokus membahas masalah-masalah Alquran. Mulai dari pembahasan Nuzulul Quran, penugmpulan ayat-ayat Alquran, urutan ayat, bayanul wujuh (penjelasan tentang peristiwa yang mengiringi turunnya suatu ayat Alquran), Asbabun Nuzul, penjelasan sesuatu yan asing dalam Alquran, dan Daf’us syubuhat (menjawab keraguan yang mempengaruhi  keeksistensian Alquran), Dsb. C.  Tsamroh/Manfaat mempelajari Ulumul Quran Dalam kitab Ta’limul Muta’allim syekh Az-zarnuji mengungkapkan; bahwa setiap usaha pasti membuahkan hasil tersendiri. Adapun hasil dari mempelajari Ulumul Quran adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui peristiwa yang mempengaruhi Al quran dari masa baginda nabi Muhammad SAW. hingga sekarang.  2. Megetahui keraguan-keraguan yang datang dari beberapa arah, ser

10 Prisnsip Dasar Ilmu Nahwu

A.      Takrif: Definisi ilmu Nahwu Dalam pembahasan ini, definisi ilmu Nahwu bisa diketahui dari dua hal: 1.       Secara Etimologi (Bahasa). Lafaz An-nahwu setidaknya memiliki 14 padanan kata. Tapi hanya ada 6 makna yang masyhur di kalangan para pelajar; yakni Al-qoshdu (niat), Al-mitslu (contoh), Al-jihatu (arah tujuan perjalanan), Al-miqdaru (nilai suatu timbangan), Al-qismu (pembagian suatu jumlah bilangan), Al-ba’dhu (sebagaian dari jumlah keseluruhan). النحو Terjemahan Padanan kata Niat النية Contoh المثل Arah الجهة Nilai, Kadar المقدار Bagian القسم Sebagian البعض 2.       Secara Terminologi (istilah). Dalam hal ini Ilmu Nahwu memiliki 3 pengertian:  a) Ilmu Nahwu adalah ilmu yang digunakan untuk mengetahui kondisi yang terletak di akhir suatu kalimat, baik kalimat itu berstatus mu’rob maupun mabni, dan ini adalah