Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dengan label Essai

Alumni Al-Azhar; Sebuah Upaya Menyatukan Kelompok Islam Liberal dan Islam Radikal Di Indonesia

  Oleh: Syahril Ikhwan (Mahasiswa Al-Azhar Fakultas Ushuluddin)   Sampai saat kini, Masyarakat Indonesia khususnya kaum muslim masih saja sering berselisih dan bertengkar membela kelompok masing-masing yang merasa paling benar, sehingga hal demikian membuat masyarakat Islam di Indonesia sulit menemukan satu titik kesatuan. Asumsi terhadap permasalahan ini memang berdasarkan fakta dan realita yang terjadi di dalam tubuh masyarakat Islam di Indonesia saat ini. Betapa tidak? realitas historis dan sosiologis menunjukkan bahwa umat Islam Indonesia  terdiri dari beragam paham, beragam praktik keagamaan bahkan cenderung tidak mengikuti salah satu mazhab. Keragaman ini semakin berwarna ketika Islam dibawa masuk  ke ranah kehidupan masyarakat yang lebih luas: politik, ekonomi, dan sosial budaya. [1] Dengan demikian wajar adanya asumsi demikian terhadap masyarakat Islam di Indonesia sejak dulu hingga sekarang ini. Oleh karena itu, dalam rangka melihat realitas masyarakat muslim di Indones

Wujud Kedewasaan Intelektual Masisir Ideal

Apa itu ideal? Seperti apa sosok yang ideal? Apa kriteria seorang yang ideal? Pertanyaan di atas pasti telah banyak menjangkiti pikiran para Masisir – julukan untuk mahasiswa dan mahasiswi Indonesia yang ada di Mesir -. Jika berkeliling ke Yunani Kuno, ada ajaran Filsafat Plato tentang Dunia Ide. Dunia Idenya Plato itu abstrak dan utopis. Seperti itulah perspektif saya terhadap kata ‘ideal’, yaitu abstrak, juga utopis. Karena ideal itu kontradiktif dengan perspektif, yang di mana perspektif itu relatif. Karenanya, masisir memaknai kata ‘ideal’ itu berbeda-beda, sesuai dengan hasil pembacaan mereka terhadap realitas yang ada. Hal ini – perbedaan interpretasi makna ideal menurut masisir – diperkuat dengan teorinya Profesor Hamdi Zaqzuq dalam bukunya ‘Filsafat Moral’, yang berkata bahwa pikiran manusia takkan pernah terlepas dari pengaruh dua hal ; yaitu faktor genetik biologis yang ia bawa sejak lahir dan faktor milieu yang ia tempati. Alih – alih kata ‘ideal’ itu identik dengan sifat ut

Mahasiswa Super

Semua pelajar yang telah menginjakkan kakinya di negeri kinanah tentunya mempunyai niat luhur yang sama, yaitu menimba ilmu sebanyak-banyaknya. Didasari dengan niat yang tulus tersebutlah semua usaha dikerahkan. Belajar dan terus belajar. Dengan style dan kecenderungan yang bermacam-macam membuat keragaman corak kegiatan belajar yang beraneka ragam. Dari situlah banyak muncul perbedaan mengenai cara belajar yang paling efektif dan paling sempurna untuk mendapatkan ilmu yang berguna. Sebutlah diantara mereka ada yang gemar mengaji, talaqqi sana sini, dan berburu permata ilmu dari lisan para masyaikh yang luar biasa. Mereka bak tentara garda depan yang selalu sigap mengikat ilmu pengetahuan yang tak terhingga. Ada juga fokus utamanya pada bangku perkuliahan. Mereka memang jarang terlihat di majelis-Majelis talaqqi. Namun mereka tak pernah absen mengikuti setiap muhadoroh di kuliah. Merekalah mahasiswa/i teladan dan menjadi permadona yang bersinar namanya di seantero kampus. Lalu kelompok

Role Model Masisir, Dipilih atau Dilahirkan?

Berbicara tentang “Role model” tentu istilah ini selalu identik dengan kata “teladan.” Ya, kata role model sendiri mungkin terlihat jarang digunakan secara langsung, karena pada pengaplikasiannya banyak istilah lain yang digunakan dengan makna sama seperti role model, tentunya dengan tidak keluar dari esensi makna “teladan.” Seperti agama Islam misalnya yang menjadikan Rasulullah Saw sebagai teladan bagi umatnya, tetapi menggunakan istilah lain dalam penyebutannyanya, yakni “Uswatun hasanah.” Di luar dari pembahasan terkait perdebatan tentang penting atau tidaknya sosok role model, saya ingin beralih kepada penggunaan kata role model secara khusus. Banyak kelompok atau beberapa orang yang sebenaranya memiliki role model bagi pribadi mereka masing-masing, baik yang mereka sadari atau tidak. Penggunaan ini pada dasarnya mereka gunakan saat merasa ada sosok yang memang memberi pembelajaran dan teladan penting bagi mereka, tentunya dalam hal ini sosok tersebut memang memiliki beberapa sisi

Karena Mahasiswa Untuk Indonesia

Jika idealisme adalah kemewahan yang hanya dimiliki oleh anak muda, maka akan diisi dengan apa status kita sebagai mahasiswa ? Tulisan ini dibuat untuk semua orang diluar sana yang sedang terpaku dengan tumpukan buku, bergelut dengan jurnal yang kalut, serta yang selalu mengambil posisi untuk sebuah aksi. Mahasiswa, yang selalu dituntut untuk mempunyai banyak keahlian sehingga dapat menyebarkan kebaikan. Seorang mahasiswa kerap kali dibeda – bedakan berdasarkan jurusan maupun universitas. Dia yang mengambil fakultas kedokteran dianggap tinggi dalam kasta pertemanannya, sedangkan yang mengambil pertanian seringkali dipertanyakan dimana ia akan bekerja di masa depan. Dia yang berkesempatan duduk di Perguruan Tinggi Negeri dijunjung tinggi – tinggi dan diagungkan setiap hari. Sesempit itu tolak ukur kesuksesan yang yang tercipta di tengah – tengah masyarakat. Kuliah bukan hanya soal kampus yang megah, jas almamater yang gagah dan jurusan yang tertera di ijazah, serta nilai A dan IPK sempu

Peran Nyata Mahasiswa Berprestasi dan Pembangkitan Kesadaran Kolektif

Kata mahasiswa selalu identik dengan jiwa muda yang membara dan memiliki semangat paripurna. Berbagai inovasi diciptakan dan banyak peluang dimanfaatkan oleh mahasiswa sebagai sarana pengembangan diri, karakter, dan pencarian jati diri. Tak terkecuali mahasiswa Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir. Dengan segudang kegiatan luar kampus yang hadir melalui berbagai organisasi dan komunitas Indonesia di Mesir, menjadi mahasiswa aktif yang juga berprestasi secara akademik seringkali menjadi sebuah hal yang mustahil. Meski begitu, bukan berarti tidak ada mahasiswa yang telah berusaha menyeimbangkan kehidupan sosial dan akademiknya. Saya sebagai salah satu yang ingin menjadi sosok tersebut dengan mengikuti program Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) Senat Mahasiswa Fakultas Ushuluddin (SEMA-FU) 2021 ini.  Menjadi mahasiswa berprestasi di Universitas Al-Azhar, bisa berperan nyata seperti apa? Sistem pengajaran di Universitas Al-Azhar yang berorientasi pada  turats  (peninggalan ulama terdahulu) yang