Langsung ke konten utama

Prodi Hadis Kembali Lahirkan Masternya

           
            Kairo, 28/04/2018. Setelah kemarin melahirkan seorang master di bidang Hadis. Alhamdulillah dalam kurun waktu yang singkat, Universitas Al-Azhar kembali mencetak sosok pendakwah tanah air kembali, ialah Ustaz kita Harjito bin Suwaji, Lc., MA. Beliau telah menyelesaikan tesisnya dengan hasil yang sangat memuaskan yaitu Cumlaude (Mumtaz). Dengan judul tesis:

معونة القاري لصحيح البخاري للعلامة علي أبو الحسن بن محمد المالكي (857 - 939 ه / 1453 - 1532 م) من بداية باب: الصلاة في القميص والسراويل والتبان  والقباء، إلى نهاية باب: التشهد في الآخرة، تحقيق ودراسة وتعليق.

               Sidang ini telah diselenggarakan tepat pukul 13.15 CLT sampai dengan pukul 15.35 CLT. Di Auditorium Abdul Halim Mahmud  Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar, Darrasah, Kairo.

Dengan majelis sidang yang terdiri dari: 

1). Prof. Dr. Muhammad Sayyid Abdul Majid Ulwan (Dosen Pembimbing dan Guru Besar Hadits Universitas Al-Azhar Kairo)

2). Prof. Dr. Muhammad Ali Farhat (Penguji pertama dan Guru Besar Hadits Universitas Al-Azhar Kairo)

3). Prof. Dr. Mahmud Abdullah Abdurrahman (Penguji kedua dan Guru Besar Hadis Universitas Al-Azhar Thanta)

            Adapun pembimbing kedua beliau, Prof. Dr. Ismail Abdul Khaliq Diftar selaku guru besar hadis Universitas Al-Azhar telah meninggalkan beliau dan kita semua bulan lalu, rahimahullah rahmatan wasi'an

              Sidang berjalan dengan khidmat, dengan dihadiri istri beserta anak-anak beliau, teman-teman terdekat beliau, para alumni almamater Ar-Rayah, senior-senior Masisir, wakil ketua PMIK dan beberapa mahasiswa mahasiswi Fakultas Ushuluddin lainnya.

             Sidang yang berlangsung selama kurang lebih 3 jam ini diawali dengan muqaddimah beliau yang sangat berterima kasih dengan pembimbing beliau para asatiz dan semua pihak yang telah membantu beliau menyelesaikan tesis beliau yang terdiri dari 2 jilid.


          Para penguji sangat memuji semangat beliau dalam menulis, dengan mengungkapkan bahwa beliau berbeda dari pelajar-pelajar lainnya. Jikalau mahasiswa-mahasiswa lain di tesisnya di awal bisa jadi sangat Bagus, namun biasanya di akhir-akhir sudah mulai bosan. Tidak begitu dengan beliau, terbukti metode penulisan beliau terus bagus dan istiqamah seperti dimulai di awal. 

           Para penguji juga memuji karya beliau yang dinilai sudah sangat rapi, terutama di bidang hadis. Referensi-referensi sangat banyak dibutuhkan dalam menyempurnakan karya tersebut, juga biografi para perawi hadis juga harus jelas, serta cara takhrij hadits yang juga harus rapi dan teratur. Dan alhamdulillah beliau sudah melengkapinya. 

             Beliau juga sangat beruntung mempunyai pembimbing yang luar biasa, yang selalu siap dan sigap ketika karya beliau dievaluasi. Inilah salah satu sebab yang membuat sidang semakin seru dan terlihat cepat. 

             Di antara kritikan yang ada ialah ada istilah-istilah yang kurang tepat ketika dipakai di dalam ilmu hadits, seperti contohnya isnad qawi, walaupun Imam Ibnu Hajar memakainya namun ulama ini mempunyai maksud pribadi, maka seharusnya kita memakai isnad shahih

          Juga kritikan-kritikan lainnya yang sedikit banyaknya ialah cara penilaian perawi-perawi hadits yang terkadang kurang dilengkapi. Namun di akhir Prof. Dr. Muhammad Ali Farhat menegaskan bahwa segala kritikan ini adalah hal yang thabi'i di dalam munaqasyah dan semua itu tidak mengurangi luar biasanya karya beliau. 

          Rasa syukur serta ucapan hamdalah yang terucap serta tepuk tangan bergemuruh para hadirin saat pegumuman nilai dibacakan. Dan hasilnya, Ustadz Harjito bin Suwaji mendapatkan nilai Mumtaz (cumlaude).

      Akhirnya kami Senat Mahasiswa Fakultas Ushuluddin mengucapkan Barakallahu lakum Ustadzuna Harjito bin Suwaji, Lc., MA. semoga ini semua menjadi motivasi bagi kita semua, mengingat bahwa gelar S1 saja sudah tidak cukup lagi di zaman sekarang. Juga tidak lupa kami ucapkan kepada teman-teman semua yang sedang melaksanakan ujian, bit taufiiq wan najaah wattafawwuq.

Reporter : Nur Fadila Afla.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Makna Sifat Wahdaniyah?

Sifat wahdaniyah merupakan salah satu sifat Salbiyah dari sifat-sifat wajib Allah. Sifat salbiyyah yaitu: هي الصفات التي تنفي عن الله ما لا يليق بذاته تعالى "Sifat-sifat yang menafikan dari Allah segala sifat yang tidak layak pada Dzat-Nya" Maka sifat wahdaniyah adalah sifat yang menafikan at-ta'ddud (berbilang-bilang), baik itu berbilang dalam dzat (at-ta'addud fî ad-dzât), berbilang dalam sifat (at-ta'addud fî ash-shifât) dan berbilang pada perbuatan (at-ta'addud fî al-af'âl). Adapun rinciannya sebagai berikut: 1.        Keesaan Dzat (Wahdah ad-Dzât) , ada dua macam: a.        Nafyu al-Kamm al-Muttashil (menafikan ketersusunan internal) Artinya, bahwa dzat Allah tidak tersusun dari partikel apapun, baik itu jauhar mutahayyiz, 'ardh ataupun jism. Dalil rasional: "Jikalau suatu dzat tersusun dari bagian-bagian, artinya dzat itu membutuhkan kepada dzat yang membentuknya. Sedangkan Allah mustahil membutuhkan pada suatu apapun. Ma

10 Prinsip Dasar Ilmu Mantiq

 كل فن عشرة # الحد والموضوع ثم الثمرة ونسبة وفضله والواضع # والاسم الاستمداد حكم الشارع مسائل والبعض بالبعض اكتفى # ومن درى الجميع حاز الشرفا      Dalam memahami suatu permasalahan, terkadang kita mengalami kekeliruan/salah paham, karena pada tabiatnya akal manusia sangat terbatas dalam berpikir bahkan lemah dalam memahami esensi suatu permasalahan. Karena pola pikir manusia selamanya tidak berada pada jalur kebenaran. Oleh karena itu, manusia membutuhkan seperangkat alat yang bisa menjaga pola pikirnya dari kekeliruan dan kesalahpahaman, serta membantunya dalam mengoperasikan daya pikirnya sebaik mungkin. Alat tersebut dinamakan dengan ilmu Mantiq. Pada kesempatan ini, kami akan mencoba mengulas Mabadi ‘Asyaroh - 10 prinsip dasar -  ilmu Mantiq. A.  Takrif: Definisi Ilmu Mantiq      Ditinjau dari aspek pembahasannya, ilmu Mantiq adalah ilmu yang membahas tentang maklumat – pengetahuan - yang bersifat tashowwuri (deskriptif) dan pengetahuan yang besifat tashdiqi (definit

10 Prinsip Dasar Ilmu Tauhid

A. Al-Hadd: Definisi Ilmu Tauhid Ilmu Tauhid adalah ilmu pengetahuan yang bisa meneguhkan dan menguatkan keyakinan dalam beragama seorang hamba. Juga bisa dikatakan, ilmu Tauhid adalah ilmu pengetahuan yang membahas jalan dan metode yang bisa mengantarkan kita kepada keyakinan tersebut, melalui hujjah (argumentasi) untuk mempertahankannya. Dan juga ilmu tentang cara menjawab keraguan-keraguan yang digencarkan oleh musuh-musuh Islam dengan tujuan menghancurkan agama Islam itu sendiri. B. Maudhu’: Objek Pembahasan Ilmu Tauhid Ada beberapa pembahasan yang dijelaskan dalam ilmu ini, mulai dari pembahasan `maujud` (entitas, sesuatu yang ada), `ma’dum` (sesuatu yang tidak ada), sampai pembahasan tentang sesuatu yang bisa menguatkan keyakinan seorang muslim, melalui metode nadzori (rasionalitas) dan metode ilmi (mengetahui esensi ilmu tauhid), serta metode bagaimana caranya kita supaya mampu memberikan argumentasi untuk mempertahankan keyakinan tersebut. Ketika membahas ent

10 Prinsip Dasar Ulumul Quran

A. Ta’rif/Definisi Ulumul Quran      Ulumul Quran merupakan kumpulan masalah dan pembahasan yang berkaitan dengan Alquran.  B. Maudhu’/Objek pembahasan Ulumul Quran        Ulumul Quran adalah satu disiplin ilmu yang fokus membahas masalah-masalah Alquran. Mulai dari pembahasan Nuzulul Quran, penugmpulan ayat-ayat Alquran, urutan ayat, bayanul wujuh (penjelasan tentang peristiwa yang mengiringi turunnya suatu ayat Alquran), Asbabun Nuzul, penjelasan sesuatu yan asing dalam Alquran, dan Daf’us syubuhat (menjawab keraguan yang mempengaruhi  keeksistensian Alquran), Dsb. C.  Tsamroh/Manfaat mempelajari Ulumul Quran Dalam kitab Ta’limul Muta’allim syekh Az-zarnuji mengungkapkan; bahwa setiap usaha pasti membuahkan hasil tersendiri. Adapun hasil dari mempelajari Ulumul Quran adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui peristiwa yang mempengaruhi Al quran dari masa baginda nabi Muhammad SAW. hingga sekarang.  2. Megetahui keraguan-keraguan yang datang dari beberapa arah, ser

10 Prisnsip Dasar Ilmu Nahwu

A.      Takrif: Definisi ilmu Nahwu Dalam pembahasan ini, definisi ilmu Nahwu bisa diketahui dari dua hal: 1.       Secara Etimologi (Bahasa). Lafaz An-nahwu setidaknya memiliki 14 padanan kata. Tapi hanya ada 6 makna yang masyhur di kalangan para pelajar; yakni Al-qoshdu (niat), Al-mitslu (contoh), Al-jihatu (arah tujuan perjalanan), Al-miqdaru (nilai suatu timbangan), Al-qismu (pembagian suatu jumlah bilangan), Al-ba’dhu (sebagaian dari jumlah keseluruhan). النحو Terjemahan Padanan kata Niat النية Contoh المثل Arah الجهة Nilai, Kadar المقدار Bagian القسم Sebagian البعض 2.       Secara Terminologi (istilah). Dalam hal ini Ilmu Nahwu memiliki 3 pengertian:  a) Ilmu Nahwu adalah ilmu yang digunakan untuk mengetahui kondisi yang terletak di akhir suatu kalimat, baik kalimat itu berstatus mu’rob maupun mabni, dan ini adalah