Skip to main content

Dipuji Dua Penguji, Tesis Ini Raih Gelar Cumlaude

Selasa, 17 April 2018.
             Fakultas Ushuluddin kembali memberikan piagam penghargaannya kepada salah satu putra terbaiknya, Ust. Roni Fajar Vergina, mahasiswa Pasca Sarjana Jurusan Hadis dan Ilmu Hadis Universitas Al-Azhar Kairo.

           Mahasiswa asal Tasikmalaya, Jawa Barat tersebut berhasil mempertahankan tesisnya yang berjudul Ma'ûnah al-Qârî li Shahîh al-Bukhâri karangan Ali Abu al-Hasan bin Muhammad al-Maliki yang dimulai dari bab al-Du'â' Qabla al-Salam sampai akhir bab Kharsh al-Tamr di dalam sidang yang berlangsung selama tiga jam di Auditorium Abdul Halim Mahmud.

           Dalam kata pengantar tesisnya, Ust. Roni mengutip petikan Imam Emad al-Asfahani, "tidaklah seorang penulis menulis sebuah karangan kecuali ia menyelipkan di tulisannya itu 'kalau seandainya ini dirubah atau ditambah maka akan lebih baik..'" menunjukkan bahwa tak ada satu buku pun yang sempurna kecuali Alquran. Maka kritik dan masukan untuk tesis yang terdiri dari 1886 halaman itu menambah hangatnya prosesi sidang.

         Tesisnya mendapatkan pujian dari dua pengujinya, Prof. Dr. Mustafa Hasan Husain Abu al-Khair dan Prof. Dr. Hasan Kamal al-Qashabiy. Dr. Hasan yang merupakan mantan ketua jurusan Hadis Fakultas Ushuluddin mengaku sangat senang dengan tesis yang telah diselesaikannya tersebut. Tesisnya ini bisa memperluas pengetahuan saya lebih dalam lagi. Menurutnya bagian-bagian risalah ini disusun dengan apik, dan jarang sekali ditemukan kesalahan dari segi tata bahasanya. Dr. Hasan juga menyarankan untuk tidak mencukupkan dengan hanya menukil pendapat ulama tanpa memberikan komentar terhadap pendapat ulama tersebut.

          Adapun Dr. Mustafa memberikan masukan yang sangat penting dilakukan oleh penulis bahwa dalam menghukumi isnad, jangan sampai melupakan pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh ulama terdahulu. Walaupun sebenarnya kita tidak bisa menutup mata terhadap ulama modern yang memiliki dalam disiplin ilmu hadis. 

          Sidang yang dimulai dari pukul 10:15 Clt. itu dihadiri oleh puluhan hadirin. Sebagian besar dari mereka merupakan mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan sebagian lainnya dari komunitas mahasiswa warga Jawa Barat. 

              Tepuk tangan bergemuruh saat pengumuman nilai dibacakan oleh Prof. Dr. Abd. Hamid Muhammad Ahmad al-Ayyath yang merupakan pembimbing utama tesis penulis. Hasilnya, Ust. Roni Fajar Vergina dalam sidang Magisternya berhak meraih nilai Mumtaz atau Cumlaude.

           Semoga risalah yang ditulis oleh beliau dengan segala jerih payahnya dapat membawa manfaat dan barakah kepada beliau dan mahasiswa lainnya. Dan Semoga menjadi motivasi terkhusus untuk mahasiswa Fakultas Ushuluddin yang akan meniru jejak baik dari para pendahulunya. Aamin.. 

Reporter : Kholil ZD.

Comments

Popular posts from this blog

Apa Makna Sifat Wahdaniyah?

Sifat wahdaniyah merupakan salah satu sifat Salbiyah dari sifat-sifat wajib Allah. Sifat salbiyyah yaitu: هي الصفات التي تنفي عن الله ما لا يليق بذاته تعالى "Sifat-sifat yang menafikan dari Allah segala sifat yang tidak layak pada Dzat-Nya" Maka sifat wahdaniyah adalah sifat yang menafikan at-ta'ddud (berbilang-bilang), baik itu berbilang dalam dzat (at-ta'addud fî ad-dzât), berbilang dalam sifat (at-ta'addud fî ash-shifât) dan berbilang pada perbuatan (at-ta'addud fî al-af'âl). Adapun rinciannya sebagai berikut: 1.        Keesaan Dzat (Wahdah ad-Dzât) , ada dua macam: a.        Nafyu al-Kamm al-Muttashil (menafikan ketersusunan internal) Artinya, bahwa dzat Allah tidak tersusun dari partikel apapun, baik itu jauhar mutahayyiz, 'ardh ataupun jism. Dalil rasional: "Jikalau suatu dzat tersusun dari bagian-bagian, artinya dzat itu membutuhkan kepada dzat yang membentuknya. Sedangkan Allah mustahil membutuhkan pada suatu apapun. Ma

10 Prinsip Dasar Ilmu Mantiq

 كل فن عشرة # الحد والموضوع ثم الثمرة ونسبة وفضله والواضع # والاسم الاستمداد حكم الشارع مسائل والبعض بالبعض اكتفى # ومن درى الجميع حاز الشرفا      Dalam memahami suatu permasalahan, terkadang kita mengalami kekeliruan/salah paham, karena pada tabiatnya akal manusia sangat terbatas dalam berpikir bahkan lemah dalam memahami esensi suatu permasalahan. Karena pola pikir manusia selamanya tidak berada pada jalur kebenaran. Oleh karena itu, manusia membutuhkan seperangkat alat yang bisa menjaga pola pikirnya dari kekeliruan dan kesalahpahaman, serta membantunya dalam mengoperasikan daya pikirnya sebaik mungkin. Alat tersebut dinamakan dengan ilmu Mantiq. Pada kesempatan ini, kami akan mencoba mengulas Mabadi ‘Asyaroh - 10 prinsip dasar -  ilmu Mantiq. A.  Takrif: Definisi Ilmu Mantiq      Ditinjau dari aspek pembahasannya, ilmu Mantiq adalah ilmu yang membahas tentang maklumat – pengetahuan - yang bersifat tashowwuri (deskriptif) dan pengetahuan yang besifat tashdiqi (definit

10 Prinsip Dasar Ilmu Tauhid

A. Al-Hadd: Definisi Ilmu Tauhid Ilmu Tauhid adalah ilmu pengetahuan yang bisa meneguhkan dan menguatkan keyakinan dalam beragama seorang hamba. Juga bisa dikatakan, ilmu Tauhid adalah ilmu pengetahuan yang membahas jalan dan metode yang bisa mengantarkan kita kepada keyakinan tersebut, melalui hujjah (argumentasi) untuk mempertahankannya. Dan juga ilmu tentang cara menjawab keraguan-keraguan yang digencarkan oleh musuh-musuh Islam dengan tujuan menghancurkan agama Islam itu sendiri. B. Maudhu’: Objek Pembahasan Ilmu Tauhid Ada beberapa pembahasan yang dijelaskan dalam ilmu ini, mulai dari pembahasan `maujud` (entitas, sesuatu yang ada), `ma’dum` (sesuatu yang tidak ada), sampai pembahasan tentang sesuatu yang bisa menguatkan keyakinan seorang muslim, melalui metode nadzori (rasionalitas) dan metode ilmi (mengetahui esensi ilmu tauhid), serta metode bagaimana caranya kita supaya mampu memberikan argumentasi untuk mempertahankan keyakinan tersebut. Ketika membahas ent