Langsung ke konten utama

Weekly Profile ke-17 Prof. Dr. Yusri Rusydi Jabr al-Hasani



Prof. Dr. Syekh Yusri Rusydi Jabr al-Hasani
-----------------------------------------------

Beliau adalah syekh Yusri Rusydi Jarb al-Hasani. Nasabnya berakhir di sayyidina Hasan bin Ali, cucu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau berakidah Sunni mazhab Asy'ari dan dalam fikih bermazhab Syafi'i.

Lahir di kota Kairo pada tanggal 23 September 1954. Kemudian masuk ke sekolah negeri hingga akhirnya diterima sebagai mahasiswa di fakultas Kedokteran Universitas Kairo dan menjadi sarjana pada tahun 1978 dengan peringkat sangat baik. Kemudian mendapat gelar Magister dalam bidang Bedah Umum dan Bedah Vaskular dari universitas yang sama pad tahun 1983. Beliau kemudian mendapatkan gelar Doktor dalam bidang Bedah Umum pada tahun 1991 dan menjadi anggota persatuan Dokter Bedah Internasional pada tahun 1992.

Beliau pun kemudian kembali menjadi mahasiswa di Universitas al-Azhar fakultas Syari'ah wa al-Qanun pada tahun 1992 dan mendapatkan gelar Lisence (strata satu) di jurusan Syari'ah Islamiah pada tahun 1997 dengan peringkat baik sekali.

Belajar al-Qur'an
Beliau memulai menghafal al-Quran dengan riwayat Hafs ketika menjadi mahasiswa di Fakultas Kedokteran Univ. Kairo, kepada syekh Abdul hakim bin Abdussalam Khatir (saat ini menjadi tim pentashih al-Quran di Madinah Munawwarah).

Kemudian beliau berhasil merampungkan hafalannya pada tahun 1985, kepada syekh Muhammad Adam.
Beliau juga menghafal kepada syekh Muhammad Badawi al-Sayyid dengan sanad yang menyambung hingga ke Rasulullah.

Guru-guru Beliau
- Beliau menghadiri majlis kitab al-Muwaththa karya Imam Malik yang dibimbing oleh syekh al-Hafiz al-Tijani pada tahun 1976 hingga 1978.
- Beliun juga menghadiri majlis syekh Muhammad Najib al-Muthi'i,penulis yang melengkapi kitab al-Majmu' Syarh al-Muhazzab. Beliau menghadiri majlis syekh Muhammad Najib al-Muthi'I pada tahun 1978 hingga 1981, mempelajari kitab Shahih Bukhari, Hasyiyah Qalyubi wa al-'Umairah, Ihya Ulumuddin dan mendapatkan ijazah darinya dalam bidang fikih dan hadits.
-Beliau juga menghadiri majlis kitab Syamai al-Muhammadiyah milik imam Tirmizi yang dibimbing oleh Syekh Abdullah bin Siddiq al-Ghumari al-Hasani pada tahun 1980 di masjid Rusydi di kota Dokki. Dan beliau mendapatkan sanad dalam kitab hadist ini yang menyambung kepada Imam Tirmizi. Beliau juga menghadiri majlis al-Muwattha, dan kitab al-Luma' yang dibacakan oleh Syeikh Ali Jum'ah. Beliau terus menghadiri majlis Syeikh Abdullah al-Ghumari hingga wafat pada tahun 1993.
-Beliau juga menghadiri majlis yang dibimbing oleh Syeikh Ali Jum'ah di mesjid al-Azhar. Mengkaji kitab Waraqat dan Jam'ul Jawami', dan juga mengikuti pengajian Shahih Bukhari, Shahih Muslim dengan sanad yang bersambung kepada mereka. Beliau juga sempat mengikuti sebagian pengajian kitab Sunan Abi Dawud, Muqoddimah Ibnu Shalah, Mughni al-Muhtaj, al-Asybah wa al-Nazair, Kharidah Bahiyah, Fathul Qarib dan beberapa kitab lain.

Di antara guru-guru beliau yang lain adalah:
-Syekh Ahmad al-Mursi.
-Syekh Ismail Shadiq al-Adawi.
-Syekh Kamal al-Annani.
-Dr. Nasr Farid Washil mantan Mufti Negara Mesir.
-Syekh Zaki Ibrahim al-Hasani.
-syekh Muhammad bin Alawi al-Maliki.
- Syekh Muhammad bin Abdul Baits al-Kattani.
-Syekh Muhammad Hasan Utsman.
- Syekh Habib Ali al-Jufri al-Husaini.
- Dr. Muhammad Rabi' al-Jauhari.
-Dan para guru lain selama belajar di al-Azhar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Makna Sifat Wahdaniyah?

Sifat wahdaniyah merupakan salah satu sifat Salbiyah dari sifat-sifat wajib Allah. Sifat salbiyyah yaitu: هي الصفات التي تنفي عن الله ما لا يليق بذاته تعالى "Sifat-sifat yang menafikan dari Allah segala sifat yang tidak layak pada Dzat-Nya" Maka sifat wahdaniyah adalah sifat yang menafikan at-ta'ddud (berbilang-bilang), baik itu berbilang dalam dzat (at-ta'addud fî ad-dzât), berbilang dalam sifat (at-ta'addud fî ash-shifât) dan berbilang pada perbuatan (at-ta'addud fî al-af'âl). Adapun rinciannya sebagai berikut: 1.        Keesaan Dzat (Wahdah ad-Dzât) , ada dua macam: a.        Nafyu al-Kamm al-Muttashil (menafikan ketersusunan internal) Artinya, bahwa dzat Allah tidak tersusun dari partikel apapun, baik itu jauhar mutahayyiz, 'ardh ataupun jism. Dalil rasional: "Jikalau suatu dzat tersusun dari bagian-bagian, artinya dzat itu membutuhkan kepada dzat yang membentuknya. Sedangkan Allah mustahil membutuhkan pada suatu apapun. Ma

10 Prinsip Dasar Ilmu Mantiq

 كل فن عشرة # الحد والموضوع ثم الثمرة ونسبة وفضله والواضع # والاسم الاستمداد حكم الشارع مسائل والبعض بالبعض اكتفى # ومن درى الجميع حاز الشرفا      Dalam memahami suatu permasalahan, terkadang kita mengalami kekeliruan/salah paham, karena pada tabiatnya akal manusia sangat terbatas dalam berpikir bahkan lemah dalam memahami esensi suatu permasalahan. Karena pola pikir manusia selamanya tidak berada pada jalur kebenaran. Oleh karena itu, manusia membutuhkan seperangkat alat yang bisa menjaga pola pikirnya dari kekeliruan dan kesalahpahaman, serta membantunya dalam mengoperasikan daya pikirnya sebaik mungkin. Alat tersebut dinamakan dengan ilmu Mantiq. Pada kesempatan ini, kami akan mencoba mengulas Mabadi ‘Asyaroh - 10 prinsip dasar -  ilmu Mantiq. A.  Takrif: Definisi Ilmu Mantiq      Ditinjau dari aspek pembahasannya, ilmu Mantiq adalah ilmu yang membahas tentang maklumat – pengetahuan - yang bersifat tashowwuri (deskriptif) dan pengetahuan yang besifat tashdiqi (definit

10 Prinsip Dasar Ilmu Tauhid

A. Al-Hadd: Definisi Ilmu Tauhid Ilmu Tauhid adalah ilmu pengetahuan yang bisa meneguhkan dan menguatkan keyakinan dalam beragama seorang hamba. Juga bisa dikatakan, ilmu Tauhid adalah ilmu pengetahuan yang membahas jalan dan metode yang bisa mengantarkan kita kepada keyakinan tersebut, melalui hujjah (argumentasi) untuk mempertahankannya. Dan juga ilmu tentang cara menjawab keraguan-keraguan yang digencarkan oleh musuh-musuh Islam dengan tujuan menghancurkan agama Islam itu sendiri. B. Maudhu’: Objek Pembahasan Ilmu Tauhid Ada beberapa pembahasan yang dijelaskan dalam ilmu ini, mulai dari pembahasan `maujud` (entitas, sesuatu yang ada), `ma’dum` (sesuatu yang tidak ada), sampai pembahasan tentang sesuatu yang bisa menguatkan keyakinan seorang muslim, melalui metode nadzori (rasionalitas) dan metode ilmi (mengetahui esensi ilmu tauhid), serta metode bagaimana caranya kita supaya mampu memberikan argumentasi untuk mempertahankan keyakinan tersebut. Ketika membahas ent

10 Prinsip Dasar Ulumul Quran

A. Ta’rif/Definisi Ulumul Quran      Ulumul Quran merupakan kumpulan masalah dan pembahasan yang berkaitan dengan Alquran.  B. Maudhu’/Objek pembahasan Ulumul Quran        Ulumul Quran adalah satu disiplin ilmu yang fokus membahas masalah-masalah Alquran. Mulai dari pembahasan Nuzulul Quran, penugmpulan ayat-ayat Alquran, urutan ayat, bayanul wujuh (penjelasan tentang peristiwa yang mengiringi turunnya suatu ayat Alquran), Asbabun Nuzul, penjelasan sesuatu yan asing dalam Alquran, dan Daf’us syubuhat (menjawab keraguan yang mempengaruhi  keeksistensian Alquran), Dsb. C.  Tsamroh/Manfaat mempelajari Ulumul Quran Dalam kitab Ta’limul Muta’allim syekh Az-zarnuji mengungkapkan; bahwa setiap usaha pasti membuahkan hasil tersendiri. Adapun hasil dari mempelajari Ulumul Quran adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui peristiwa yang mempengaruhi Al quran dari masa baginda nabi Muhammad SAW. hingga sekarang.  2. Megetahui keraguan-keraguan yang datang dari beberapa arah, ser

10 Prisnsip Dasar Ilmu Nahwu

A.      Takrif: Definisi ilmu Nahwu Dalam pembahasan ini, definisi ilmu Nahwu bisa diketahui dari dua hal: 1.       Secara Etimologi (Bahasa). Lafaz An-nahwu setidaknya memiliki 14 padanan kata. Tapi hanya ada 6 makna yang masyhur di kalangan para pelajar; yakni Al-qoshdu (niat), Al-mitslu (contoh), Al-jihatu (arah tujuan perjalanan), Al-miqdaru (nilai suatu timbangan), Al-qismu (pembagian suatu jumlah bilangan), Al-ba’dhu (sebagaian dari jumlah keseluruhan). النحو Terjemahan Padanan kata Niat النية Contoh المثل Arah الجهة Nilai, Kadar المقدار Bagian القسم Sebagian البعض 2.       Secara Terminologi (istilah). Dalam hal ini Ilmu Nahwu memiliki 3 pengertian:  a) Ilmu Nahwu adalah ilmu yang digunakan untuk mengetahui kondisi yang terletak di akhir suatu kalimat, baik kalimat itu berstatus mu’rob maupun mabni, dan ini adalah