Visi Besar Fakultas Ushuluddin yang Terlupakan
Pemateri: Ust. Muhammad Nuruddin, Lc., Dipl. - Notulis: Intan Nur Faizah
Pertanyaan itu perlu kita ketahui selaku mahasiswa yang sudah mengambil sikap untuk memutuskan menjelajahi samudra ilmu di bangku universitas jurusan Ushuluddin. Ushuluddin sendiri berasal dari dua kata; ushul yang berarti asal, dan al-diin yang berarti agama. Untuk menjawab pertanyaan di atas adalah karena Ushuluddin sendiri merupakan sebuah fakultas yang di dalamnya mempelajari pokok-pokok agama Islam serta cara untuk memberikan alasan dan dalil rasional yang dapat diterima oleh masyarakat luas, serta menjadi alasan yang kuat untuk menjadi seseorang yang kuat dalam beragama dan menyebarkan agama itu sendiri. Mengapa begitu? karena seseorang dikatakan baik dalam hal beragama adalah ketika ia telah memahami dasar-dasar agamanya dengan kuat.
Pada zaman ini, mayoritas masyarakat akan bertanya tentang syubhat-syubhat yang berkaitan dengan keyakinan mereka terhadap Allah SWT. Apabila seseorang tidak mempelajari hal itu secara lebih dalam, maka keyakinan mereka akan terguncang dan terjerumus kepada ajaran yang salah.
Alasan lain mengapa Fakultas Ushuluddin menjadi sarana untuk mendakwahkan Islam adalah dengan ilmu-ilmunya kita dapat meyakinkan para masyarakat untuk lebih yakin dengan Allah SWT. menggunakan alasan yang rasional dan dapat diterima akal. Bukan hanya sekedar dalil-dalil yang nantinya hanya berputar dan tidak ditemukan jawabannya.
Ada beberapa mengalaman yang pemateri sampaikan ketika menjalani pendidikan di Fakultas Ushuluddin dan dari pengalamannya, beliau menurunkannya menjadi beberapa hal penting yang harus dimiliki oleh mahasiswa ketika kuliah, yaitu:
1. Kompetensi
Orang akan menghargai kemampuan kita ketika kita mempunyai nilai atau kompetensi yang dapat bermanfaat bagi orang lain. Jika tujuan kita hanya ingin mendapat nilai yang bagus ketika menempuh pendidikan, tidak akan bisa menambahkan kecintaan kita terhadap ilmu. Karena nilai atau prestasi yang bagus hanya 30 % saja dapat berpengaruh dalam kehidupan kita. Tidak seperti nilai kompetensi yang akan terus bermanfaat untuk diri kita pribadi maupun orang-orang yang berada di sekeliling kita.
Pertanyaan yang harusnya keluar dalam benak kita adalah “Setelah kuliah saya bisa apa?” Dengan itu, kita akan terus berkaca dan berbenah untuk selalu menjadi orang yang lebih baik setiap harinya.
2. Aktualisasi Ilmu
Salah satu alasan dari mempelajari suatu ilmu adalah kita dapat mewariskan ilmu tersebut kepada orang yang berada di sekeliling kita. Karena ilmu itu bukan hanya sekedar dipelajari tetapi harus diajarkan kepada sesama. Semakin ilmu itu diajarkan, maka, semakin banyak pula ilmu yang akan kita dapat.
3. Konsistensi
Syekh Yusri pernah mengatakan bahwasannya, kunci kesuksesan seseorang adalah ketika seseorang itu konsisten dalam menekuni sesuatu yang sedang ia kerjakan (الإتقان في العمل).
Orang yang sukses adalah orang yang fokus dengan urusan yang sedang ia hadapi, bukan yang sering memikirkan akan masa depan akan tetapi tidak berjalan satu langkah pun.
4. Cinta Terhadap Ilmu
Mencintai suatu ilmu itu jauh lebih baik daripada kita menuntut ilmu dan mempelajarinya. Berikut tips membiasakan hidup kita dengan ilmu dan mencintainya adalah:
a) Menimbulkan rasa suka dalam hati dengan terus mengkaji serta mendoakan para masyaikh dan pengarang kitab tersebut.
b) Selalu memaksa diri untuk mendapatkan pengetahuan baru. Baik dengan cara membaca buku, artikel, maupun memanfaatkan media sosial menjadi platform keilmuan untuk diri kita sendiri.
c) Berada di lingkungan yang dekat dengan keilmuan, serta mendukung pribadi kita untuk terus rajin mengkaji suatu ilmu.
d) Usahakan hal di atas berlangsung selama 40 hari dan jangan putus seharipun.
Maka, sebagai pencari ilmu hendaknya
kita mencintai dan konsistensi dalam prosesnya, karena dengan itu kita akan memiliki
kompetensi untuk mengamalkan ilmunya, karena ilmu yang bermanfaat adalah ilmu
yang diiringi oleh amal. Dan pengamalannya melalui jalan dakwah.
(Naqiyya Mina Anatolia)
Komentar