Skip to main content

Quo Vadis Diskursus Turats dan Tadjid di Era Kontemporer?

Tren diskursus turâts dan tadjȋd di era kontemporer ini turut menghadirkan polemik di antara sarjana Islam. Konsekuensinya yaitu munculberbagai macam perspektif dalam memahaminya diantara para kesarjanaan Islam. Sebut misalnya Hasan Hanafi, Ahmad Thayyib, Muhammad Abid Al-Jabiri, dsb. Dengan demikian diskursus tersebut selalu memunculkan pro dan kontra dalam memahaminya. Oleh karena itu, perlu mengarahkan tren tersebutterhadap sesuatu yang lebih subtansial atau quo vadis diskursus tersebut?

Polemik kesarjanaan mengenai turâts sebagai hasil produk pemikiran yang terikat oleh realita dan konteks sosio-historis dan politis perlu juga diperhatikan. Di sisi lain tidak semua turats juga bersumber dari realita tetapi juga wahyu yangstagnan (at-tsawabit). Sedangkan diskursusepistemologi tajdȋd itu selalu merujuk kepada berbagai makna. Di antarnya: al-ushâlah (purifikasi), al-islâh (reformasi), al-hurriyyah (liberalisasi), at-tajrȋd dan at-tabdȋd (pengkaburan), dan ar-tardȋd (pengulangan). Semua makna itu merupakan refleksidari memahmi sabda Nabi Muhammad Saw., bahwa “sesungguhnya Allah akan mengutus kepada umat ini setiap 100 tahun manusia yang akan memperbarui agamanya” (HR. Abu Dawud).

Namun, hadits tersebut masih memuat polemik terhadap penafsiranya di antara ahli hadis. Akan tetapi eksistensi dari tajdid itu sendiri sudah menjadi sebuah ketetapan Allah Swt. Oleh karena itu, konsep ini perlu dirumuskan secara kolektif oleh sarjana Islam agar dapat menjadi pedoman bagi seluruhkalangan.

Kesimpulannya, term turâts dan tajdȋd perludiarahkan kepada sesuatu hal yang lebih subtansial. Dalam konteks ini, yaitu menjawab tantangan peran agama dalam perubahan dinamika kehidupan dan tantangan Barat pada abad ke-21. Faktor inilah yangmendorong lahirnya tokoh-tokoh muslim modern dan reformis seperti Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, Jamaluddin Al-Afghani dsb. Mungkin inilah yang dimaksud ummatan wasathan litakūnu syuhâan alaan-annâs.

Oleh: Muhammad Ghifari, Mahasiswa Fakultas Al-Azhar (Salah satu panelis pada acara Webinar Internasional Turats dan Tajdid)
Editor: Alif Rafdi

Comments

Popular posts from this blog

Apa Makna Sifat Wahdaniyah?

Sifat wahdaniyah merupakan salah satu sifat Salbiyah dari sifat-sifat wajib Allah. Sifat salbiyyah yaitu: هي الصفات التي تنفي عن الله ما لا يليق بذاته تعالى "Sifat-sifat yang menafikan dari Allah segala sifat yang tidak layak pada Dzat-Nya" Maka sifat wahdaniyah adalah sifat yang menafikan at-ta'ddud (berbilang-bilang), baik itu berbilang dalam dzat (at-ta'addud fî ad-dzât), berbilang dalam sifat (at-ta'addud fî ash-shifât) dan berbilang pada perbuatan (at-ta'addud fî al-af'âl). Adapun rinciannya sebagai berikut: 1.        Keesaan Dzat (Wahdah ad-Dzât) , ada dua macam: a.        Nafyu al-Kamm al-Muttashil (menafikan ketersusunan internal) Artinya, bahwa dzat Allah tidak tersusun dari partikel apapun, baik itu jauhar mutahayyiz, 'ardh ataupun jism. Dalil rasional: "Jikalau suatu dzat tersusun dari bagian-bagian, artinya dzat itu membutuhkan kepada dzat yang membentuknya. Sedangkan Allah mustahil membutuhkan pada suatu apapun. Ma

10 Prinsip Dasar Ilmu Mantiq

 كل فن عشرة # الحد والموضوع ثم الثمرة ونسبة وفضله والواضع # والاسم الاستمداد حكم الشارع مسائل والبعض بالبعض اكتفى # ومن درى الجميع حاز الشرفا      Dalam memahami suatu permasalahan, terkadang kita mengalami kekeliruan/salah paham, karena pada tabiatnya akal manusia sangat terbatas dalam berpikir bahkan lemah dalam memahami esensi suatu permasalahan. Karena pola pikir manusia selamanya tidak berada pada jalur kebenaran. Oleh karena itu, manusia membutuhkan seperangkat alat yang bisa menjaga pola pikirnya dari kekeliruan dan kesalahpahaman, serta membantunya dalam mengoperasikan daya pikirnya sebaik mungkin. Alat tersebut dinamakan dengan ilmu Mantiq. Pada kesempatan ini, kami akan mencoba mengulas Mabadi ‘Asyaroh - 10 prinsip dasar -  ilmu Mantiq. A.  Takrif: Definisi Ilmu Mantiq      Ditinjau dari aspek pembahasannya, ilmu Mantiq adalah ilmu yang membahas tentang maklumat – pengetahuan - yang bersifat tashowwuri (deskriptif) dan pengetahuan yang besifat tashdiqi (definit

10 Prinsip Dasar Ilmu Tauhid

A. Al-Hadd: Definisi Ilmu Tauhid Ilmu Tauhid adalah ilmu pengetahuan yang bisa meneguhkan dan menguatkan keyakinan dalam beragama seorang hamba. Juga bisa dikatakan, ilmu Tauhid adalah ilmu pengetahuan yang membahas jalan dan metode yang bisa mengantarkan kita kepada keyakinan tersebut, melalui hujjah (argumentasi) untuk mempertahankannya. Dan juga ilmu tentang cara menjawab keraguan-keraguan yang digencarkan oleh musuh-musuh Islam dengan tujuan menghancurkan agama Islam itu sendiri. B. Maudhu’: Objek Pembahasan Ilmu Tauhid Ada beberapa pembahasan yang dijelaskan dalam ilmu ini, mulai dari pembahasan `maujud` (entitas, sesuatu yang ada), `ma’dum` (sesuatu yang tidak ada), sampai pembahasan tentang sesuatu yang bisa menguatkan keyakinan seorang muslim, melalui metode nadzori (rasionalitas) dan metode ilmi (mengetahui esensi ilmu tauhid), serta metode bagaimana caranya kita supaya mampu memberikan argumentasi untuk mempertahankan keyakinan tersebut. Ketika membahas ent