Langsung ke konten utama

Postingan

Aktualisasi Nilai-Nilai Bermasyarakat Berlandaskan al-Hujurat Ayat 9 - 13 dalam Interaksi Sosial Masisir

Aktualisasi Nilai-Nilai Bermasyarakat Berlandaskan al-Hujurat Ayat 9-13 dalam Interaksi Sosial Masisir Oleh: Fayyadh Muchlis Muhammad Hanafi, Tingkat 2 Ushuluddin Dewasa ini, kuantitas masisir sudah menunjukkan peningkatan yang signifikan. Dengan bertambahnya jumlah, tentu membuat interaksi yang terjadi didalam lingkup bermasyarakat mahasiswa di Mesir menjadi semakin intens. Problematika yang terjadi dalam interaksi sosial di masyarakat, khususnya di ranah masisir pun kian muncul dan tidak ada habisnya untuk dibahas. Dilansir dari Bimo Walgito (1990: 57), interaksi sosial merupakan hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik. Sedangkan menurut H. Bonner (dalam Abu Ahmadi, 2002: 54), interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang

Asy’ariyah dan Maturidiyah; Mazhab Azhar dan Mayoritas Muslimin

Asy’ariyah dan Maturidiyah; Mazhab Azhar dan Mayoritas Muslimin oleh Lalu M. Zainul Hilal Muzakki Keberagaman merupakan bagian dari sunnatullah yang tak mungkin dipisahkan dari manusia. Begitu pula ketika berkaitan dengan interpretasi masing-masing individu terhadap kitab suci. Dalam perjalanannya Islam telah terbagi menjadi beberapa firqah atau golongan, sebagaimana yang disampaikan oleh Rasulullah SAW bahwa Islam akan terpecah menjadi 73 golongan dan yang akan selamat adalah ahlussunnah wal jamaah . Di satu sisi, keberadaan hadis tersebut membuat kaum muslimin semakin perhatian untuk menjaga persatuan dan berhati-hati dalam menafsirkan nash . Namun di sisi lain, bermunculan perseteruan dan klaim sepihak berkaitan dengan ‘ ahlussunnah ’, bahkan kerap kali sampai berujung pada sikap saling mengkafirkan satu sama lain lantaran berbeda paham. Meski terbagi menjadi puluhan golongan, mayoritas ulama Islam —termasuk di dalamnya ulama Al-Azhar— meyakini bahwasanya ahlussunnah wal jama

Silaturahmi Duktur; SEMA-FU Berkesempatan Mengunjungi Prof. Dr. Majdi Abdul Ghaffar

Senin, 10 Juli 2023 Senat Mahasiswa Fakultas Ushuluddin berkesempatan untuk mengunjungi kediaman Syaikh Dr. Majdi Abdul Ghaffar selaku  Ketua Penjamin Peningkatan Mutu Pendidikan Fakultas Ushuluddin. Dalam silaturahmi tersebut Prof. Dr. Majdi Abdul Ghaffar berbagi kisah inspiratif yang dapat dijadikian inspirasi oleh seluruh mahasiswa fakultas Ushuluddin, dan akan terangkum dalam beberapa  paragraf  : Perjalanan karir Prof. Dr. Majdi Abdul Ghaffar   se masa kecil hingga tingkat Doktoral.       Semasa kecil, beliau disibukkan dengan belajar Alquran di kuttab, desa beliau yang terletak di d aerah Kafr El-Zayat, Provinsi Gharbiyah.   Kemudian, beliau memperkaya wawasan keilmuannya  dengan  mengenyam pendidikan   di Madrasah Ibtid aiyah Al-Azhar yang terletak di daerah Tanta, hingga  Ma’had  T sanawiyah Al-Azhar Tanta, di  ma’had  ini jugalah Syeikh Mah mud Halim Syaltut pernah menimba ilmu  begitupun dengan Sya ikh Omar Hasyim.  Pada tingkatan inilah Prof. Dr Majdi Abdul Ghaffar  men

Walau Sempat Mati Listrik, Penganugerahan Tetap Berjalan

Sempat dicanangkan pada hari sebelumnya, Penganugerahan Ushuluddin yang diselenggarakan di Masjid As-Salam, Hay Asher tersebut sempat mengalami masalah teknis berupa mati listrik hingga akhirnya dilaksanakan pada Senin (17/07). Walau begitu, pihak panitia tak menyerah meski ada beberapa perubahan dalam rencana dan tetap meng- handle acara dengan baik hingga akhir. Sesuai dengan tema Penganugerahan Ushuluddin tahun ini, “Born to be Inspiration, Strive to be Competition” , Hayatan Fathah sebagai Ketua Panitia berharap bahwa acara ini dapat memantik teman dan Mahasiswa di Mesir (Masisir) untuk memiliki jiwa kompetitif. Ocis, Ketua SEMA-FU menambahkan bahwa anugerah ini diberikan sebagai apresiasi kepada mahasiswa yang telah memberikan dampak dan hal positif kepada teman dan Masisir Ushuluddin. Dalam acara ini, ada beberapa kategori penghargaan seperti Pengajar Mudzakaroh Bareng (Mabar Terbaik), Dewan Pengurus Terbaik,  Hall of Fame  dan Mahasiswa Berprestasi (Mawapres Terbaik) da

Chaos di Lumbung Sendiri

Chaos di Lumbung Sendiri Oleh: Nurlaili sufiana Pendahuluan Menyoal kesiapan belajar di Universitas al-Azhar. Lumbung,  identik dengan bangunan yang memiliki lantai, tiang dan atap. Saya  menganalogikannya sebagai tangga keilmuan. Ilmu, ia bagaikan lumbung  tadi, jika berpondasi dengan penyangga yang tidak kuat, maka setinggi  apapun bangunan itu, ia akan roboh dengan sendirinya. Begitupun tangga keilmuan, eloknya mengikuti step-step baku,  dimulai dengan ulum mubtadi, mutawassith dan muntahi. Terlebih ketika  menginjakkan kaki di al-Azhar, hal mendasar yg harus disadari adalah  bekal atau kesiapan untuk mendapatkan mutiara ditengah samudra ilmu  ini. Al-Azhar ibarat samudra ilmu yang amat kaya dan melimpah. Siapa  saja yang sedang mengkaji ilmu-ilmu didalamnya, ia laksana sedang  berlayar untuk mendapatkan kekayaan alam yang dikandungnya. Tak  ayal, semua itu bergantung pada kesiapan si penyelam, apakah sudah lengkap dengan alat-alat menyelam? Sudahkah lihai dalam menye

Gebrakan Menuju Masisir yang Lebih Baik

GEBRAKAN MENUJU MASISIR YANG LEBIH BAIK oleh Nabila Saadatul Husna                “Jika engkau tidak bisa menaklukkan Kairo, maka engkau yang akan  ditaklukkannya”, begitu ungkapan pepatah Arab yang sering kita dengar  sebagai mahasiswa Indonesia di Kairo. Maknanya dalam dan cukup  menampar, terutama untuk menyadarkan kembali niat dan tujuan awal  pertama kali menapaki Negeri Piramida ini.  Menjadi seorang mahasiswa merupakan suatu kehormatan  sekaligus tanggung jawab yang tidak mudah, di mana kita mempunyai  peran dan kewajiban serta amanah lebih besar yang harus diemban demi  kemaslahatan umat dan masyarakat di masa depan. Masa transisi dari  siswa menjadi mahasiswa yang hanya terjadi sekali seumur hidup tanpa  bisa terulang untuk yang kedua kalinya, seharusnya cukup untuk membuat  kita sadar untuk menginvestasikan waktu mereka untuk sesuatu yang  bernilai tinggi dan berarti. Menyandang status sebagai mahasiswa artinya berani menjadikan  peningkatan kapabilitas diri sebagai priori