Tren diskursus turâts dan tadjȋd di era kontemporer ini turut menghadirkan polemik di antara sarjana Islam. Konsekuensinya yaitu muncul berbagai macam perspektif dalam memahaminya di antara para kesarjanaan Islam. Sebut misalnya Hasan Hanafi, Ahmad Thayyib, Muhammad Abid Al-Jabiri, dsb. Dengan demikian diskursus tersebut selalu memunculkan pro dan kontra dalam memahaminya. Oleh karena itu, perlu mengarahkan tren tersebut terhadap sesuatu yang lebih subtansial atau quo vadis diskursus tersebut? Polemik kesarjanaan mengenai turâts sebagai hasil produk pemikiran yang terikat oleh realita dan konteks sosio-historis dan politis perlu juga diperhatikan. Di sisi lain tidak semua turats juga bersumber dari realita tetapi juga wahyu yang stagnan ( at-tsawabit ). Sedangkan diskursus epistemologi tajdȋd itu selalu merujuk kepada berbagai makna. Di antarnya: al-ushâlah (purifikasi), al-islâh (reformasi), al-hurriy
Aktif, Komunikatif, Kompetitif dan Berkarakter Azhari