Langsung ke konten utama

Postingan

Imam Al-Ghazali; Sang Mufassir Yang Terlupakan

  Oleh : Fahim Khasani* Siapa yang tidak pernah mendengar imam Al-Ghazali, sosok yang ‘alim mausu’i itu. Tak kurang dari 200 karya dari berbagai macam disiplin ilmu telah ditulisnya. Kepakarannya dalam bidang Ushul fiqh tidak diragukan lagi. Melalui karyanya Al-Mustashfa fi ilm al-Ushul , Al-Ghazali berhasil mengharmonisasikan Mantiq Aristoteles ke dalam Ushul fiqh yang terejawentah dalam qiyas (silogisme). Padahal di sisi lain pada masanya banyak sarjana Islam klasik yang menentang peredaran Mantiq bahkan mengaharamkannya. Dunia Teologi pun tak luput dari pandangan Al-Ghazali. tak heran berbagai buku Teologi lahir dari tangan emasnya, semisal Al-Iqtishad fi al-I’tiqad , Al-Qisthas al-Mustaqim ,   Fadhaih al-Bathiniyyah dan lain sebagainya. Dari kesekian karya yang ia tulis nampaknya Ihya ulumuddin menjadi magnum opus karyanya yang lebih ke arah kajian Teosofi itu, atau lebih tepatnya Fikih Batin.

Kerangka Metodologi Mengkaji Hadits dan Ilmu Hadits

Oleh : Akhmad ikhwani, Lc. Ali ibnul Madini rahimahullah berkata, “Memahami hadits adalah setengah ilmu dan mengetahui kredibilitas para perawi adalah setengah ilmu”. A. Pendahuluan Obyek kajian dalam ilmu hadits sangat beragam. Ibnu Shalah (w. 643 H) dalam kitab Mukadimah nya membagi obyek kajian dalam ilmu hadits menjadi enam puluh lima cabang ilmu. Sedangkan Imam Suyuthi (w. 911 H) dalam Tadrîb ar-Râwi membaginya menjadi sembilan puluh tiga cabang. Bahkan sejumlah obyek kajian dalam ilmu hadits ini bisa berdiri sendiri sebagai sebuah ilmu dengan sub-sub kajian yang cukup luas. Dengan jumlah obyek kajian yang terbilang banyak ini sangat wajar jika warisan para ulama dalam kajian hadits membanjiri perpustakaan khazanah keilmuan Islam. Banyaknya obyek dalam ilmu hadits ini paling tidak mengindikasikan kedetailan dan rumitnya kajian dalam bidang ini. Di sisi lain, ini juga menunjukkan tingkat keseriusan yang luar biasa dari para muhadditsin dalam mengkaji ilmu i

Al-Hallaj : Pengusung Paham Eksoteris yang Dianggap Gila dan Berkekuatan Magis

Al-Hallaj atau Husayn ibn Manshur (244-309/957-922) adalah seorang sufi Persia yang dilahirkan di Thus yang dituduh musyrik oleh khalifah dan oleh pakar-pakar Abbasiyyah di Baghdad dan karenanya ia dihukum mati. Al-Hallaj menjadi tersohor lantaran sya'ir-sya'irnya yang sangat dipuja pada masa-masa itu. Ia memiliki pengikut yang tidak sedikit jumlahnya di kalangan masyarakat Abbasiyyah, dan memiliki pengaruh yang besar di kalangan pengikutnya.  Sejumlah keajaiban atau keanehan erat dengan dirinya, bahkan termasuk juga ilmu sihir. Ia dipandang terlibat dengan organisasi rahasia, bahkan ia dipandang sebagai salah seorang pimpinan gerakan tersebut. Ia terlibat dalam gerakan perlawanan terhadap penguasa, atau setidaknya turut mempengaruhi emosi rakyat dalam gerakan tersebut, lantaran penguasa Abbasiyyah menemukan sejumlah bukti di dalam rumah para pengikutnya, yakni sejumlah besar dokumen yang ditulis di atas kertas Cina, yang sebagian ditulis dengan tinta warna

الشيخ عبد الحليم محمود

ولد الشيخ عبد الحليم محمود في (2 من جمادى الأولى سنة 1328هـ= 12من مايو 1910م)، بقرية أبو حمد مركز بلبيس بمحافظة الشرقية. حفظ القرآن الكريم ثم التحق بالأزهر سنة 1923 م حصل على العالمية سنة 1932 م ثم سافر إلى فرنسا حيث حصل على الدكتوراه سنة 1940 م فى الفلسفة الاسلامية بعد عودته عمل مدرسا بكليات الأزهر ثم عميدا لكلية أصول الدين سنة 1964 م و عضوا ثم امينا عاما لمجمع البحوث الاسلامية فنهض به و أعاد تنظيمه عين وكيلا للأزهر سنة 1970 م فوزيرا للاوقاف و شئون الأزهر صدر قرار تعيين الشيخ عبد الحليم محمود شيخا للأزهر في (22 من صفر 1393هـ= 27 من مارس 1973م)، وما كاد الشيخ يمارس أعباء منصبه وينهض بدوره على خير وجه حتى بوغت بصدور قرار جديد من رئيس الجمهورية في (17 من جمادى الآخرة 1394هـ= 7 من يوليو 1974م) يكاد يجرد شيخ الأزهر مما تبقى له من اختصاصات ويمنحها لوزير الأوقاف والأزهر، وما كان من الشيخ إلا أن قدم استقالته لرئيس الجمهورية على الفور، معتبرا أن هذا القرار يغض من قدر المنصب الجليل ويعوقه عن أداء رسالته الروحية في مصر والعالم العربي والإسلامي .