Oleh : Fahim Khasani* Siapa yang tidak pernah mendengar imam Al-Ghazali, sosok yang ‘alim mausu’i itu. Tak kurang dari 200 karya dari berbagai macam disiplin ilmu telah ditulisnya. Kepakarannya dalam bidang Ushul fiqh tidak diragukan lagi. Melalui karyanya Al-Mustashfa fi ilm al-Ushul , Al-Ghazali berhasil mengharmonisasikan Mantiq Aristoteles ke dalam Ushul fiqh yang terejawentah dalam qiyas (silogisme). Padahal di sisi lain pada masanya banyak sarjana Islam klasik yang menentang peredaran Mantiq bahkan mengaharamkannya. Dunia Teologi pun tak luput dari pandangan Al-Ghazali. tak heran berbagai buku Teologi lahir dari tangan emasnya, semisal Al-Iqtishad fi al-I’tiqad , Al-Qisthas al-Mustaqim , Fadhaih al-Bathiniyyah dan lain sebagainya. Dari kesekian karya yang ia tulis nampaknya Ihya ulumuddin menjadi magnum opus karyanya yang lebih ke arah kajian Teosofi itu, atau lebih tepatnya Fikih Batin.
Aktif, Komunikatif, Kompetitif dan Berkarakter Azhari