Langsung ke konten utama

Postingan

Mengenal Srikandi Tafsir dan Tokoh Emansipasoris: Aisyah Bintu Syathi

Sumber: Wikipedia Aisyah bintu Muhammad Ali Abdurrahman yang akrab dengan panggilan Bintu Sy ā thi’ merupakan tokoh wanita pemikir, peneliti, dosen dan penulis berkebangsaan Mesir. Ia adalah wanita pertama yang menjadi dosen di Al-Azhar Asy-Syarif dan universitas lainnya. Di antara wanita pertama yang berprofesi sebagai jurnalis di Mesir, khususnya di Harian Al-Ahram. Wanita pertama di Arab yang dianugerahi penghargaan Raja Faisal di bidang sastra dan studi Islam. Padahal dia hidup di zaman hak wanita dikekang. Untuk masuk sekolah dasarpun dilarang, apalagi sampai meraih gelar doktor dan mengajar di perguruan tinggi. Kelahiran dan Keluarga Aisyah lahir tak jauh dari tepi Nil di perkampungan Dimyath, 6 November 1913 M. Putri mungil itu lahir di tengah keluarga alim Azhari, ayahnya Syaikh Muhammad bin Ali bin Abdurrahman adalah pengajar di Ma'had Al-Azhar Dimyath. Kakeknya dari ibu Syaikh Muhammad Ad-Damhuji adalah seorang Ulama besar Al-Azhar yang nasabnya bersambung

KISAH CINTA AISYAH BINTU SYĀTHI DAN AMIN AL-KHULI

Kehidupan yang sarat dengan aktivitas ilmiah tak menjadi penghalang bagi Srikandi Tafsir Prof. Dr. Aisyah bintu Syāthi' untuk menjalani kisah cinta yang indah. Semua rentetan kisah itu ia tuangkan dalam buku berjudul 'Al ā al-Jisr. Artikel singkat ini mustahil mewakili novel luar biasa karya sastrawati itu. Artikel ini bermaksud memberi sedikit gambaran keindahan muatan novel dan semoga menularkan semangat seorang tokoh wanita tangguh, bertepatan dengan peringatan hari wanita 8 Maret 2018. Sumber Foto: http://breakingnews.sy/ar/article/89606.html Mengapa diberi Judul 'Al ā Al-Jisr (Di atas Jembatan)? 'Al ā al-Jisr merupakan judul otobiografi bernuansa roman yang ditulis oleh Aisyah Bintu Sy ā thi. Biografi ini ia tulis kala hatinya masih dirundung sedih dan kalut setahun setelah kepergian suami sekaligus guru terkasih Syaikh Am ī n Al-Kh ū l ī tahun 1960-an. Sebagai penulis papan atas, kisah hidup penuh dengan tantangan dan rintangan yang ia

Weekly Profile ke-17 Prof. Dr. Yusri Rusydi Jabr al-Hasani

Prof. Dr. Syekh Yusri Rusydi Jabr al-Hasani ----------------------------------------------- Beliau adalah syekh Yusri Rusydi Jarb al-Hasani. Nasabnya berakhir di sayyidina Hasan bin Ali, cucu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Beliau berakidah Sunni mazhab Asy'ari dan dalam fikih bermazhab Syafi'i. Lahir di kota Kairo pada tanggal 23 September 1954. Kemudian masuk ke sekolah negeri hingga akhirnya diterima sebagai mahasiswa di fakultas Kedokteran Universitas Kairo dan menjadi sarjana pada tahun 1978 dengan peringkat sangat baik. Kemudian mendapat gelar Magister dalam bidang Bedah Umum dan Bedah Vaskular dari universitas yang sama pad tahun 1983. Beliau kemudian mendapatkan gelar Doktor dalam bidang Bedah Umum pada tahun 1991 dan menjadi anggota persatuan Dokter Bedah Internasional pada tahun 1992. Beliau pun kemudian kembali menjadi mahasiswa di Universitas al-Azhar fakultas Syari'ah wa al-Qanun pada tahun 1992 dan mendapatkan gelar Lisence (strata sa

Apa Makna Sifat Wahdaniyah?

Sifat wahdaniyah merupakan salah satu sifat Salbiyah dari sifat-sifat wajib Allah. Sifat salbiyyah yaitu: هي الصفات التي تنفي عن الله ما لا يليق بذاته تعالى "Sifat-sifat yang menafikan dari Allah segala sifat yang tidak layak pada Dzat-Nya" Maka sifat wahdaniyah adalah sifat yang menafikan at-ta'ddud (berbilang-bilang), baik itu berbilang dalam dzat (at-ta'addud fî ad-dzât), berbilang dalam sifat (at-ta'addud fî ash-shifât) dan berbilang pada perbuatan (at-ta'addud fî al-af'âl). Adapun rinciannya sebagai berikut: 1.        Keesaan Dzat (Wahdah ad-Dzât) , ada dua macam: a.        Nafyu al-Kamm al-Muttashil (menafikan ketersusunan internal) Artinya, bahwa dzat Allah tidak tersusun dari partikel apapun, baik itu jauhar mutahayyiz, 'ardh ataupun jism. Dalil rasional: "Jikalau suatu dzat tersusun dari bagian-bagian, artinya dzat itu membutuhkan kepada dzat yang membentuknya. Sedangkan Allah mustahil membutuhkan pada suatu apapun. Ma

Faktor Kemunculan Sekularisme

Oleh: Muhammad Zainuddin Ruslan Gerakan sekularisme merupakan sebuah arus revolusi di Eropa yang dilatar-belakangi faktor kuat, karena mampu melumpuhkan kekuatan gereja yang pada masa pertengahan berada pada puncak adikuasa. Faktor itu lebih tepat dikatakan terpantik oleh gejala kemanusiaan (Zh ā hirah Ins ā niyyah) , bukan gejala keilmuan (Zh ā hirah 'Ilmiyyah) . Sebab, fenomena kemanusiaan lebih kompleks mengikuti dinamika dan problema yang dilalui oleh manusia, serta mengumpulkan faktor holistis yang saling mempengaruhi gesekannya menjadi sebuah power yang tidak terbendung. Secara garis besar, gejala kemanusiaan ini dapat diklasifikasikan pada dua faktor: 1.     Faktor Internal (Al-' Ā mil Al-D ā khiliy/Al-Mub ā syir) : Rezim Gereja Rezim gereja yang otoriter menguasai Eropa kala itu telah merampas hak-hak asasi manusia secara zalim, baik pada aspek politik, sosial, keilmuan dan ekonomi. a.       Hak politik: -           Gereja tidak memberikan kewenangan k