Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2012

Bidik Karya Ibnu Rusyd [1]

Oleh : Khoirul Asyhar* Prolog Dialah Averroes, Abu Al-Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Ahmad bin Rusyd Al Qurthubi Al Andalusi (1126 -1198 M / 520 – 595 H), Sang Peneguk ilmu pengetahuan tanpa henti rasa dahaga. Yang dikenang dalam sejarah hidupnya sejak mampu berfikir logis hingga mangkatnya untuk berjumpa dengan Penggerak Nalarnya (Allah SWT), tidak pernah membiarkan malam berlalu tanpa diisi dengan berfikir dan membaca kecuali pada dua malam saja. Yaitu di saat Ayahnya meninggal dunia dan saat Malam pertama bersama Istrinya.[3] Ibnu Rusyd Al Hafid dilahirkan serta dibesarkan di lingkungan keluarga Fuqaha', dia merupakan terah para Pemuka Ahli Fikih madzhab Maliki. bahkan ayah dan kakeknya pernah menjabat sebagai Hakim Agung di Cordova-Andalusia[4]. Oleh karenanya, sangat wajar jika seorang Ibnu Rusyd kelak menjadi seorang Tokoh paling berpengaruh di masanya, hingga tiada pendapat yang diterima sebelum mendapat afirmasi Ibnu Rusyd

Imam Al-Ghazali; Sang Mufassir Yang Terlupakan

  Oleh : Fahim Khasani* Siapa yang tidak pernah mendengar imam Al-Ghazali, sosok yang ‘alim mausu’i itu. Tak kurang dari 200 karya dari berbagai macam disiplin ilmu telah ditulisnya. Kepakarannya dalam bidang Ushul fiqh tidak diragukan lagi. Melalui karyanya Al-Mustashfa fi ilm al-Ushul , Al-Ghazali berhasil mengharmonisasikan Mantiq Aristoteles ke dalam Ushul fiqh yang terejawentah dalam qiyas (silogisme). Padahal di sisi lain pada masanya banyak sarjana Islam klasik yang menentang peredaran Mantiq bahkan mengaharamkannya. Dunia Teologi pun tak luput dari pandangan Al-Ghazali. tak heran berbagai buku Teologi lahir dari tangan emasnya, semisal Al-Iqtishad fi al-I’tiqad , Al-Qisthas al-Mustaqim ,   Fadhaih al-Bathiniyyah dan lain sebagainya. Dari kesekian karya yang ia tulis nampaknya Ihya ulumuddin menjadi magnum opus karyanya yang lebih ke arah kajian Teosofi itu, atau lebih tepatnya Fikih Batin.